Inilah Ibumu

Bagaimana Yesus Menghormatinya di Kayu Salib

"Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang Dia kasihi berdiri di sana, Dia berkata kepada ibu-Nya, 'Perempuan, lihatlah, anakmu!' Lalu, Yesus berkata kepada murid yang dikasihi-Nya itu, 'Inilah ibumu!'" (Yohanes 19:26-27, AYT)

Apakah ada orang yang pernah berbuat lebih banyak untuk para ibu daripada Yesus?

Dia tidak hanya, sebagai Allah, datang dan tinggal di antara kita, sebagai manusia, untuk hidup dan mati untuk membuat para istri dan para ibu menjadi ahli waris bersama dengan suami mereka dalam menerima anugerah hidup (1 Petrus 3:7, AYT). Dia tidak hanya mencurahkan Roh-Nya untuk memberdayakan para ibu Kristen saat mereka memenuhi panggilan tertinggi di dunia.

Dia tidak hanya memperlakukan wanita secara berbeda dari para rabi generasi-Nya, yang tidak mau berbicara dengan wanita di depan umum. Di luar dugaan murid-murid-Nya (Yohanes 4:27), Dia berbicara dengan wanita Samaria, dengan Maria Magdalena, dengan wanita Sirofenisia, dengan teman-teman terkasih-Nya, Maria dan Marta, yang mendorong pemulihan dosa terhadap wanita. Seperti yang dikatakan John Piper, "Di mana pun Kekristenan telah mengakar, perlakuan terhadap wanita telah meningkat secara nyata."

Namun, kepada kehormatan-kehormatan itu, Yesus menambahkan kehormatan khusus ini kepada para para ibu, bahkan ketika Dia tergantung di paku dalam kesakitan, dipancangkan di kayu salib. Saat tengah disiksa di depan umum sampai mati, Dia berhenti sejenak untuk menghormati ibu-Nya.

Dia Melihatnya

Gambar: lihatlah ibumu

Pertama, dia melihatnya. Kengerian apa yang Dia lihat dalam wajah ibu-Nya saat dia melihat Anaknya yang disalibkan? Dan, Dia tidak hanya melihatnya, tetapi Dia memberikan perhatian-Nya padanya, dan kata-kata-Nya -- dalam salah satu dari tujuh ucapan yang tercatat saat Dia berada di atas kayu salib -- menyiapkan apa yang diperlukan untuknya setelah kematian-Nya. Dan, bukan sembarang persiapan, tetapi Dia memercayakannya kepada "murid yang Dia kasihi".

Pernahkah ada kata-kata yang lebih agung yang pernah diucapkan atas hal menjadi ibu daripada kata-kata dari atas kayu salib di Kalvari ini? Allah yang mengambil rupa manusia seperti kita, dan berdiam di dalam rahim seorang wanita selama sembilan bulan, menyusu di dadanya, mendengar Kitab Suci dari mulutnya, dan mempelajari dasar-dasar kehidupan manusia di bawah asuhannya -- kehidupan Kristus sendiri membuktikan keagungan tentang hal menjadi ibu.

Dan kemudian, di sini pada saat kematian-Nya, Dia melakukan lebih jauh lagi.

Bahkan Melalui Penderitaan

Rasa sakit di atas kayu salib dalam tubuh fisik-Nya sendiri saja sudah benar-benar mengambil seluruh kesadaran-Nya. Menanggung penderitaan dalam keheningan bukanlah dosa. Kemudian, lebih dari itu, datanglah kesedihan yang mendalam dari jiwa-Nya ketika Dia mendekati jurang merasakan perpisahan dari Bapa-Nya yang kekal. Penderitaan jiwa seperti itu adalah jiwa penderitaan-Nya, dengan tetesan keringat yang menyertainya, seperti darah, di taman.

Selain dari penderitaan yang tak terkatakan ini datanglah ejekan dan hinaan. Racun ular itu dimuntahkan dari mulut sanak saudara-Nya sendiri -- bukan hanya orang-orang sebangsa-Nya sendiri, tetapi juga para pemimpin mereka: imam-imam kepala dan tua-tua, ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi.

"Ia menyelamatkan orang lain, tetapi Ia tidak dapat menyelamatkan Diri-Nya sendiri ... biarlah Ia turun dari salib itu sekarang, dan kita akan percaya kepada-Nya. Ia percaya kepada Allah, maka biarlah Allah menyelamatkan-Nya sekarang, jika Allah menghendaki-Nya .... Para penjahat yang disalibkan bersama dengan Dia juga mengejek-Nya. (Matius 27:42-44, AYT)

Bahkan, di tengah tekanan dan penolakan yang tiada bandingnya -- ketika orang-orang sebangsa-Nya sendiri menentang-Nya secara tidak adil dan saat Ia bersiap untuk bertemu dengan Bapa-Nya sendiri, kali ini bukan sebagai Putra terkasih yang dipenuhi dengan kasih sayang, tetapi sebagai dosa itu sendiri dihancurkan oleh yang mahakuasa, murka suci -- Dia dengan itu memikirkan dia. Menghormati ibu-Nya.

Dia Menghormatinya

Lebih dari tiga puluh tahun sebelumnya, malaikat Gabriel pernah menyapanya, "Salam, hai engkau yang diberkati! Tuhan besertamu!" (Lukas 1:28, AYT). Dia memang telah bersamanya selama tiga dekade ini, dan pencapaian yang luar biasa sekarang, bahkan saat Dia meninggal. Bagaimanapun, Dia bersamanya.

Terutama dalam tiga tahun terakhir, dia mengira janji-janji surgawi yang agung sedang direalisasikan:

"Dia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Tuhan Allah akan memberi-Nya takhta Daud, nenek moyang-Nya. Dia akan memerintah atas keturunan Yakub untuk selama-lamanya dan kerajaan-Nya tidak akan pernah berakhir." (Lukas 1:32-33, AYT)

Dahulu, dia bertanya, dengan iman, "Bagaimana ini akan terjadi?" Sekarang, apakah matanya melihat ke surga dan bertanya lagi, Bagaimana jadinya? Bagaimana Dia akan memerintah atas keturunan Yakub selamanya, tanpa akhir untuk kerajaan-Nya, saat Dia mati di sini atas keputusan Kaisar?

Seberapa sering dia mengingat kata-kata "tidak ada yang mustahil bagi Allah" (Lukas 1:37)? Apakah dia memiliki keinginan untuk mengingat ini bahkan ketika Anak sulungnya disalibkan di depan matanya sendiri? Akankah itu terlintas di benaknya saat dia mencoba untuk tidur malam itu, atau saat dia terus merasakan ketakutan dan kesedihan sepanjang hari Sabtu, yang pasti tampak seperti hari terpanjang dalam sejarah?

Dia Menggemakan Kata-Katanya

Dia pernah berkata kepada malaikat itu, "Sesungguhnya, aku ini hamba Tuhan. Terjadilah padaku seperti yang engkau katakan itu" (Lukas 1:38, AYT). Jadi, Yesus mirip dengan ibu-Nya. Di taman, Anak Maria menemukan cara-Nya sendiri untuk menggemakan kata-kata ibu-Nya dan mengungkapkan ketaatan-Nya: "janganlah keinginan-Ku yang terjadi, melainkan keinginan-Mu" (Lukas 22:42, AYT).

Warisan ketaatan yang rela hati dan kepatuhan yang tulus telah menjadi milik-Nya. Pertama, pada usia 12, "Yesus pergi bersama mereka (orang tuanya) ke Nazaret dan menuruti mereka" (Lukas 2:51, AYT). Kemudian, sebagai seorang pria, "Ia belajar untuk taat melalui penderitaan yang dialaminya" (Ibrani 5:8, AYT). Sekarang, dia menyaksikan "Ia merendahkan diri-Nya dengan taat sampai mati, bahkan sampai mati di atas kayu salib" (Filipi 2:8, AYT). Segera, dia akan tahu bahwa "karena ketaatan satu Orang, banyak orang dibuat menjadi benar" (Roma 5:19). Namun, belum sekarang.

Berdiri di sana di kayu salib, apakah dia ingat kata-kata Simeon yang pasti menghantuinya seumur hidup Anaknya? "sebilah pedang akan menusuk jiwamu" (Lukas 2:35, AYT). Sebuah pedang akan menusukku "juga" -- artinya, Anakku akan tertusuk?

Dia Peduli Padanya

Yesus tidak pernah lebih manusiawi, dan tidak pernah lebih ilahi, daripada momen ini, di tempat ini, waktu ini, ketika Dia mengucapkan dua kata sederhana: "Inilah ibumu!"
  1. Facebook
  2. Twitter
  3. WhatsApp
  4. Telegram

Sesuai ketetapan Allah, dia telah membesarkan pria yang adalah Allah. Dan, bahkan sekarang dalam penderitaan terbesar-Nya, bahkan ketika Dia menggeliat dalam hukuman mati yang diperpanjang dan tidak manusiawi ini, jiwa-Nya tidak melengkung ke dalam untuk memelihara rasa sakit-Nya, tetapi terbuka ke luar kepada orang yang memelihara-Nya.

Di sini, korban terbesar dari dosa orang lain bukan menjauhkan diri-Nya sendiri dan penderitaan-Nya. Dia tidak merajuk atau cemberut. Dia tidak termakan oleh trauma-Nya sendiri, tetapi melihat melampaui diri-Nya sendiri untuk membuat persiapan bagi wanita ini. Ibu-Nya. Wanita yang begitu rendah hati dan rajin dan biasa melayani Anak surgawi dengan cara yang paling sederhana, mulai dari pembuahan dan kelahiran-Nya, hingga penghinaan dan hukuman mati-Nya. Allah menjadi manusia melalui dia -- tidak hanya melalui rahimnya, tetapi melalui bimbingan, pengasuhan, dan doa selama beberapa dekade.

Jadi, pada saat-saat sebelum Dia mengembuskan napas terakhir-Nya, Yesus berpaling kepada murid yang dikasihi-Nya untuk memastikan ibu-Nya akan mendapatkan perhatian yang pasti bahkan setelah Da pergi. Yesus tidak pernah lebih manusiawi, dan tidak pernah lebih ilahi, daripada momen ini, di tempat ini, waktu ini, ketika Dia mengucapkan dua kata sederhana: "Inilah ibumu!" (t/Jing-Jing)

Diterjemahkan dari:
Nama situs : Desiring God
Alamat situs : https://desiringgod.org/articles/behold-your-mother
Judul asli artikel : Behold Your Mother
Penulis artikel : David Mathis