Nikodemus, Yusuf dari Arimatea, dan Kubur Kosong

Di suatu tempat antara persidangan di hadapan Sanhedrin dan penyaliban Yesus, Yusuf dari Arimatea dan Nikodemus membuat keputusan untuk mengumumkan iman pribadi mereka dengan sikap yang luar biasa. Mungkin karena kelelahan oleh hari-hari yang panjang, kecewa dengan perihal ketidakadilan sesama orang Farisi, atau berduka karena kehilangan orang yang menjadi tumpuan harapan Mesianik mereka, mereka memutuskan untuk memberikan Yesus dalam kematian-Nya apa yang ditolak Israel untuk diberikan kepada-Nya pada waktu hidup-Nya: pengakuan sebagai Raja. Maka, Yusuf meminta izin kepada Pilatus, gubernur Romawi, untuk menurunkan tubuh Yesus dari salib. Jenazah ketiganya yang meninggal karena penyaliban malam itu -- Yesus dan dua pemberontak yang mati di samping-Nya -- akan dipindahkan, karena para pemimpin Yahudi meminta agar jenazah tidak digantung di salib semalaman karena melanggar hukum. Kematian mereka dipercepat dengan patahnya kaki mereka untuk menghilangkan kemampuan mereka untuk mengangkat diri dan menghirup napas. Yesus, bagaimanapun, meninggal beberapa jam lebih awal, dan kaki-Nya tidak perlu dipatahkan. Sebaliknya, mereka menusuk lambung-Nya, memastikan Dia telah mati.

Gambar: Nikodemus dan Yusuf Arimatea

Permintaan Yusuf mengejutkan Pilatus. Yesus mati lebih cepat daripada yang dia perkirakan. Mungkin Pilatus merasa lega bahwa masalah Yesus ini akhirnya dibereskan. Akan tetapi, dia mungkin bahkan lebih terkejut melihat seorang anggota Sanhedrin berdiri di hadapannya, bersedia mempertaruhkan posisi dan reputasi untuk memberikan penguburan raja kepada Yesus.

Inilah yang dilakukan Yusuf dan Nikodemus di sini. Biasanya seorang penjahat akan dibuang ke kuburan kosong atau ladang orang miskin, dikubur secara memalukan di bawah tumpukan batu. Jadi, ini sangat tidak biasa, baik bahwa Pilatus mengabulkan keinginan mereka maupun bagi mereka untuk mengaitkan diri secara terbuka dengan seorang musuh negara, yang dihukum karena pengkhianatan dan pemberontakan.

Ada banyak tinjauan penting di sini bagi Yusuf dan Nikodemus dan bagi para wanita yang menemani mereka ke pemakaman Yesus. Pertama, tindakan ini adalah cara mereka memberi Yesus, dalam kematian, rasa hormat sebagai Raja orang Yahudi yang tidak Dia terima pada waktu hidup-Nya. Ia akan dikuburkan bukan di ladang kosong, melainkan di kuburan orang kaya, menggenapi perkataan nabi Yesaya (Yes. 53:9).

Penting bagi mereka untuk tidak hanya menurunkan jenazah dari salib, tetapi juga menguburkan Yesus dengan cepat sebelum matahari terbenam dan awal Sabat pada minggu Paskah, ketika pekerjaan harus dihentikan. Kuburan Yusuf masuk akal sebagai tempat pemakaman, kemungkinan besar di dekat Golgota tempat Yesus disalibkan, tetapi di luar tembok kota.

Baik Yusuf maupun Nikodemus melakukan ini dengan pengorbanan besar -- Yusuf menyerahkan kuburannya dan Nikodemus membayar rempah-rempah dan salep penguburan yang mahal. Yohanes 19:39 mengatakan bahwa itu seharga tujuh puluh lima pound, jumlah yang luar biasa, mengingatkan pada pertunjukan mewah Maria dari Betania membasuh kaki Yesus dengan minyak wangi mahal.

Ini adalah tugas yang sulit, mengangkat tubuh Yesus yang berdarah dari salib dan membawanya jauh ke kubur, dengan cairan tubuh masih menetes. Mereka harus dengan hati-hati membungkusnya dengan perban dan meminyaki tubuh-Nya dengan mur sebagai pengawet dan gaharu serta parfum untuk meminimalkan bau busuk. Ini adalah tindakan kasih pada sisi Yusuf dan Nikodemus. Dua pejabat tinggi agama, membungkuk rendah dan melelahkan diri untuk menghormati Tuhan mereka.

Anda membayangkan teman-teman mereka, keluarga mereka, bertanya-tanya mengapa kedua pria berkedudukan tinggi ini begitu memperhatikan Mesias yang ditolak, musuh Roma yang dibenci. Dan, saat mereka melakukan tugas tanpa pamrih ini, berpacu dengan siang hari untuk membawanya ke kuburan Yusuf sebelum matahari terbenam, keraguan dan ketakutan merayapi hati mereka. Seperti apa kehidupan mereka selanjutnya? Jika Yesus adalah Allah, bagaimana Dia bisa membiarkan diri-Nya ditangkap oleh Sanhedrin dan disalibkan oleh orang Romawi? Mengapa Dia tidak memanggil pasukan surga dan melawan?

Apa yang mereka ketahui adalah bahwa keyakinan pribadi mereka, rahasia yang mereka bisikkan satu sama lain di balai kota Yerusalem, sekarang akan diketahui publik.

Nikodemus dan Yusuf tidak menyadari bahwa Kalvari bukanlah akhir dari Yesus, tetapi akhir dari kematian. Tubuh berlumuran darah yang mereka baringkan di kuburan itu akan segera hidup kembali, mengibaskan kain pembungkusnya dan dengan demikian belenggu kematian. Nikodemus tidak mungkin mengetahui bahwa salep pembalsaman dan parfum mahal yang digunakan untuk penguburan Yesus sebagai Raja hanyalah sementara. Yusuf tidak tahu bahwa kuburannya yang baru dibuat hanya akan menjadi tempat peristirahatan sementara bagi Anak Allah. Kubur ini akan kosong selamanya, demikian juga kuburan orang-orang yang mengenal Yesus sebagai Tuhan. Harta milik Yusuf yang berharga akan berdiri sebagai saksi kemenangan Kristus atas kutuk dosa. Saya memiliki kesempatan untuk mengunjungi Israel beberapa kali dan melihat dua situs yang diperkirakan sebagai tempat Yesus dikuburkan. Kedua kuburan itu kosong.

Malam terburuk dalam hidup mereka, ketika kegelapan tampak menyelimuti dunia, menjadi awal dari sesuatu yang baru.

Murid-murid rahasia, dengan tindakan kesetiaan mereka yang diam-diam, menyerukan kabar baik tentang kasih penebusan Allah kepada dunia.
  1. Facebook
  2. Twitter
  3. WhatsApp
  4. Telegram

Sangat mudah bagi kita untuk bertanya-tanya mengapa Yusuf dari Arimatea dan Nikodemus begitu diam tentang iman mereka. Kita membayangkan diri kita memiliki lebih banyak keberanian dengan menjadi lebih terbuka dengan iman kita. Namun, saya pikir perspektif ini tidak adil dan picik. Keberanian terlihat berbeda pada orang yang berbeda dan dalam situasi yang berbeda. Kadang-kadang, Yesus tidak berbicara atau bergerak secara terbuka, mengetahui musuh-musuh-Nya mencari Dia, tetapi waktu-Nya belum tiba. Ada situasi di mana kehati-hatian adalah kesaksian terbaik, seperti orang Kristen di negara tertutup, bekerja untuk menanam benih kesaksian Injil secara perlahan, atau orang Kristen dalam peran kepemimpinan terkemuka, yang harus menimbang kata-kata mereka untuk menjaga pengaruh mereka. Ini tidak selalu merupakan sifat pengecut.

Adalah sulit untuk kita pahami pada zaman ketika kita berpikir bahwa setiap pikiran harus diungkapkan setiap saat dalam setiap media. Proklamasi publik itu penting, tetapi begitu juga kebutuhan untuk "berusaha hidup tenang" (1Tes. 4:11) dan menjadi "cepat untuk mendengar, lambat untuk berbicara, dan lambat untuk marah" (Yak. 1:19). Keberanian mereka muncul pada saat yang paling dibutuhkan dan tidak terlalu cepat.

Terlebih lagi, dimasukkannya Nikodemus dan Yusuf dari Arimatea dalam kisah Paskah menunjukkan kepada kita bagaimana Allah bekerja dengan cara yang misterius untuk mencapai tujuan-Nya di dunia dan kuasa Injil bekerja di tempat-tempat yang paling mengejutkan. Sanhedrin tampaknya merupakan tempat terakhir untuk menemukan murid-murid Yesus. Bahkan, saat kerajaan Allah bergerak di antara orang miskin dan terbuang, itu juga bergerak di antara yang kuat, dalam dewan yang menetapkan hukuman mati-Nya, titik terang di dunia yang gelap.

Beberapa bukti yang paling penting untuk kebangkitan Yesus akan dikumpulkan oleh anggota dari perkumpulan yang sama yang menggiring-Nya ke kayu salib. Mereka berdua melihat-Nya mati secara fisik, mayat tak bernyawa yang mengeluarkan darah dan air. Dan, mereka menguburkan Yesus di tempat yang menonjol di mana tidak seorang pun dapat salah mengira mukjizat itu, sedemikian rupa sehingga musuh-musuh Yesus harus menyuap tentara Romawi yang ditugaskan untuk menjaga Yesus untuk berbohong tentang hal itu (Mat. 28:11-15).

Allah menggunakan Nikodemus dan Yusuf untuk membangun apologetika terpenting tentang iman Kristen. Tanpa kubur kosong, kita, mengutip Paulus, "adalah orang-orang yang paling malang" (1Kor. 15:19, AYT). Murid-murid rahasia, dengan tindakan kesetiaan mereka yang diam-diam, menyerukan kabar baik tentang kasih penebusan Allah kepada dunia. (t/Jing-Jing)

Download Audio

Diterjemahkan dari:
Nama situs : Outreach Magazine
Alamat situs : https://outreachmagazine.com/features/discipleship/65019-nicodemus-joseph-of-arimathea-and-the-empty-tomb.html
Judul asli artikel : Nicodemus, Joseph of Arimathea and the Empty Tomb
Penulis artikel : Daniel Darling