Hal-Hal yang Diakui Para Sarjana Skeptis tentang Penampakan Diri Yesus setelah Peristiwa Kebangkitan
Tab primer
Bukti historisnya jelas: Mereka yang mengaku melihat Dia bangkit pasti telah melihat sesuatu.
Pada 6 Juni 2000, ABC menyiarkan sebuah dokumenter berjudul "The Search for Jesus" ("Pencarian akan Yesus" -- Red.). Pembawa berita terkemuka dalam jaringan tersebut, Peter Jennings, mewawancarai sarjana-sarjana liberal dan konservatif kekristenan mula-mula tentang apa yang dapat kita ketahui secara historis tentang kehidupan, kematian, dan kebangkitan Yesus. Seri tersebut diakhiri dengan pernyataan menyolok dari seorang sarjana Perjanjian Baru, Paula Fredriksen, yang bukanlah seorang Kristen.
Berkomentar tentang penampakan Yesus setelah kebangkitan-Nya, Fredriksen berkata:
Saya tahu bahwa menurut mereka, yang mereka lihat adalah Yesus yang telah bangkit. Itulah yang mereka katakan, dan semua bukti historis yang kita miliki setelahnya menegaskan keyakinan mereka bahwa itulah yang mereka lihat. Saya tidak mengatakan bahwa mereka benar-benar melihat Yesus yang telah bangkit. Saya tidak berada di sana. Saya tidak tahu apa yang mereka lihat. Namun, sebagai sejarawan, saya tahu bahwa mereka pasti melihat sesuatu.
Dengan perkataan lain, dia mengakui bahwa bukti historis terbaik menegaskan bahwa para pengikut Yesus, seperti Maria Magdalena, saudara-Nya Yakobus, Petrus dan murid-murid-Nya yang lain, dan bahkan seorang musuh (Paulus) benar-benar diyakinkan bahwa Yesus yang telah disalibkan menampakkan diri hidup, bangkit dari kematian.
Fredriksen bukan satu-satunya pribadi yang menduga bahwa para pengikut ini pasti telah melihat sesuatu. Hampir setiap sarjana Alkitab di seluruh dunia Barat, terlepas dari latar belakang mereka, sepakat bahwa para pengikut Yesus mula-mula percaya bahwa Dia menampakkan diri hidup kepada mereka. Inilah yang meluncurkan agama terbesar di dunia. Akibat penampakan-penampakan ini, para nelayan Yahudi mulai menyerukan kepada banyak kerumunan di Yerusalem bahwa, "Yesus inilah yang Allah bangkitkan dan kami semua adalah saksi tentang hal itu" (Kisah Para Rasul 2:32, AYT). Dua ribu tahun kemudian, pesan tentang kematian dan kebangkitan Yesus diserukan oleh triliunan orang Kristen di hampir setiap negara dan dalam hampir setiap bahasa di planet Bumi.
Apa yang dilihat oleh orang-orang ini?
Pengakuan yang Solid
Menurut sumber tertua yang kita punya terkait catatan tentang kematian dan kebangkitan Yesus, mutiara tersembunyi ditemukan dalam 1 Korintus 15, Yesus menampakkan diri kepada beberapa orang dan kelompok orang, dan setidaknya seorang musuh. Tradisi kepercayaan ini, menurut hampir semua sarjana, dapat ditelusuri mundur hingga kurun waktu 5 tahun ketika Yesus mati. Melalui sumber ini, kita dapat menjangkau mundur ke tahun-tahun terawal dari pergerakan Kristen di Yerusalem, hingga pengakuan solid dari para pengikut Yesus yang terawal.
Berikut ini yang Paulus katakan dalam 1 Korintus 15:3-8 (AYT):
Aku sudah menyampaikan kepadamu, pertama-tama yang terpenting, yang juga aku terima bahwa Kristus mati untuk dosa-dosa kita sesuai dengan Kitab Suci, Ia sudah dikuburkan, Ia dibangkitkan pada hari ketiga sesuai Kitab Suci, dan bahwa Ia telah menampakkan diri-Nya kepada Kefas, kemudian kepada yang kedua belas itu. Sesudah itu, Ia menampakkan diri-Nya kepada lebih dari lima ratus saudara-saudara sekaligus. Sebagian besar dari mereka masih hidup sampai sekarang, tetapi beberapa sudah mati. Lalu, Ia menampakkan diri-Nya kepada Yakobus, kemudian kepada semua rasul. Terakhir, sama seperti kepada anak yang lahir sebelum waktunya, Ia juga menampakkan diri kepadaku.
Katalog penampakan diri Yesus ini tidak ada bandingannya dalam Perjanjian Baru, bahkan dalam seluruh sastra kuno. Kita belajar dari daftar ini bahwa Yesus menampakkan diri kepada tiga orang: Kefas (Petrus), kepala murid-Nya; Yakobus, saudara-Nya; dan Paulus, yang tadinya adalah musuh-Nya. Lalu, kita juga belajar bahwa Dia menampakkan diri kepada tiga kelompok orang: Kedua Belas Murid (murid-murid-Nya, kecuali Yudas); lebih dari 500 pengikut-Nya mula-mula; dan para rasul.
Bahwa Yesus menampakkan diri kepada lebih dari 500 laki-laki dan perempuan secara bersamaan merupakan klaim yang luar biasa. Paulus dengan berani mempertaruhkan kredibilitasnya saat dia menyinggung bahwa kebanyakan dari mereka masih hidup. Lagi pula, dia pada dasarnya mengundang anggota gereja Korintus untuk pergi ke Yerusalem dan berbicara kepada para saksi tersebut guna menyelidiki sendiri seperti apa rasanya melihat Yesus yang sudah bangkit. Maka dari itu, kita dapat melihat bahwa kesaksian yang solid tentang Yesus yang telah bangkit sudah tersedia dalam dekade-dekade setelah kebangkitan-Nya. Seperti yang diamati oleh G.K. Chesterton dalam "The Everlasting Man" ("Manusia Kekal" -- Red.), "Ini adalah jenis kebenaran yang sulit dijelaskan karena itu adalah fakta; tetapi itu adalah fakta yang dapat kita rujuk sebagai kesaksian."
Maria Magdalena juga termasuk dalam daftar saksi kunci karena dia juga ada untuk ditanyai seputar pengalamannya dengan Yesus yang telah bangkit. Sebagaimana ditulis oleh sarjana Perjanjian Baru yang beragama agnostik, Bart D. Ehrman, dalam "How Jesus Became God" ("Bagaimana Yesus Menjadi Allah" -- Red.), merupakan hal yang "penting bahwa Maria Magdalena menikmati keterkemukaan dalam seluruh narasi Kebangkitan dalam Injil, meski dia hampir tidak disebutkan di tempat lain di seluruh Injil. Dia disebut hanya dalam satu bagian dalam seluruh Perjanjian Baru dalam hubungannya dengan Yesus selama pelayanan publik-Nya (Lukas 8:1-3), tetapi dia selalu menjadi yang pertama mengumumkan bahwa Yesus telah bangkit. Mengapa begitu? Satu penjelasan yang masuk akal adalah bahwa dia juga mendapatkan penglihatan tentang Yesus setelah Dia mati." Maria Magdalena diberi kehormatan tinggi untuk menjadi bukan hanya yang pertama kali melihat Yesus yang telah bangkit, tetapi juga orang pertama dalam sejarah yang menyerukan, "Aku telah melihat Tuhan" (Yohanes 20:18, AYT).
Apa pun yang dilihat oleh para saksi mata ini, hal itu telah mengubahkan hidup mereka hingga mencapai titik ketika mereka bersedia menderita dan mati untuk itu. Dalam 2 Korintus 11:23-33, Paulus mengenang penderitaannya yang hampir berlangsung setiap hari atas keyakinannya bahwa Yesus telah menampakkan diri kepadanya. Dia dipukuli, dipenjarakan, dilempari batu, kelaparan, terombang-ambing di laut, dan setiap hari berada dalam bahaya dari segala jenis kejahatan dalam perjalanannya mengelilingi Kekaisaran Romawi.
Kita juga memiliki bukti historis kuat bahwa beberapa saksi mata kunci menjadi martir karena iman mereka. Petrus, misalnya, disalibkan pada akhir hidupnya. Yakobus dilempari batu sampai mati. Paulus dipenggal. Apa pun yang mereka lihat, hal itu layak bagi mereka untuk mengorbankan nyawa mereka. Mereka mengunci kesaksian mereka dengan darah mereka.
Tongkat Sihir "Histeria Massa"
Untuk menjelaskan penampakan-penampakan Kebangkitan ini, beberapa sarjana berspekulasi bahwa para saksi mata ini hanya berhalusinasi.
Dalam bukunya yang bagus sekali, "Resurrecting Jesus" ("Membangkitkan Yesus" -- Red.), sarjana Perjanjian Baru, Dale Allison, menyurvei studi-studi dan sastra-sastra ilmiah yang tersedia tentang halusinasi. Dalam kasus-kasus yang didokumentasikan, dia menyimpulkan, terdapat empat hal yang tidak pernah terjadi (atau jarang terjadi). Pertama, halusinasi jarang dilihat oleh beberapa individu dan kelompok orang selama periode waktu yang panjang. Kedua, halusinasi jarang dilihat oleh sekelompok besar orang, khususnya kelompok yang terdiri dari lebih dari delapan orang. Ketiga, halusinasi tidak pernah berujung pada klaim bahwa seorang yang sudah mati telah dibangkitkan. Dan, keempat, halusinasi tidak melibatkan musuh dari orang tersebut. (Kita juga dapat menambahkan fakta bahwa halusinasi secara tipikal tidak diketahui pernah meluncurkan pergerakan global atau agama-agama di dunia.)
Namun, dalam kasus penampakan diri Yesus setelah bangkit, setiap keadaan yang jarang atau yang tampaknya mustahil ini telah terjadi.
Allison merangkum implikasinya dengan kuat: "Hal-hal ini tampaknya adalah fakta, dan mereka mengajukan pertanyaan tentang bagaimana kita harus menjelaskannya. Para apologis iman tersebut mengatakan bahwa penampakan diri Yesus pasti, menimbang laporan-laporannya, bersifat objektif. Satu orang bisa saja berhalusinasi, tetapi dua belas orang secara bersamaan? Dan puluhan orang selama kurun waktu yang panjang? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang sah, dan melambaikan tongkat sihir 'histeria massa' tidak akan menghilangkannya begitu saja."
Agnostisme yang Berhati-hati
Satu-satunya jawaban lain yang diberikan oleh para sarjana terhormat yang bergulat dengan catatan sejarah yang kuat ini adalah beberapa variasi dari "Saya tidak tahu." Seperti halnya Fredriksen, sarjana Perjanjian Baru yang terkemuka, E.P. Sanders juga mewakili pendekatan agnostis yang berhati-hati ini saat dia menulis dalam "The Historical Figure of Jesus" ("Figur Historis Yesus" -- Red.): "Bahwa para pengikut Yesus (lalu Paulus, kemudian hari) mengalami pengalaman-pengalaman seputar peristiwa Kebangkitan ini, menurut saya, adalah fakta. Tentang realitas apa yang menimbulkan pengalaman semacam itu, saya tidak tahu."
Jordan Peterson, profesor psikologi terkenal dari University of Toronto juga termasuk dalam kategori ini. Dia antara menegaskan atau menolak keabsahan historis dari kebangkitan Yesus. Saat ditanyai secara langsung perihal apakah Yesus benar-benar bangkit dari kematian, Peterson merespons, "Saya perlu memikirkannya selama sekitar 3 tahun lagi sebelum saya memberikan jawaban lain di luar apa yang telah saya berikan."
Posisi para agnostik yang berhati-hati ini merupakan posisi yang cukup baik. Bahkan, para rasul yang asli pun tidak memercayai klaim tentang peristiwa Kebangkitan saat para perempuan itu memberi tahu mereka untuk pertama kalinya (Lukas 24:8-11). Namun, jika seseorang seperti Peterson, dengan pikiran dan hati yang terbuka, mengikuti bukti-bukti yang ada ke tempat yang mereka tunjukkan, saya yakin bahwa dia akan mendapati dirinya berada di kaki Yesus yang telah bangkit, berseru bersama Tomas, "Ya, Tuhanku dan Allahku!" (Yohanes 20:28, AYT).
Meyakinkan Horatio
Sifat kebangkitan Yesus yang luar biasa mengingatkan saya tentang adegan favorit saya dalam "Hamlet" karya Shakespeare. Drama tersebut dibuka dengan penampakan yang "luar biasa aneh" dari ayah Hamlet yang sudah mati kepada Bernardo dan Marcellus, kemudian kepada teman Hamlet, Horatio. Horatio adalah orang yang skeptis dalam kelompok itu, dan Hamlet menantang ketidakpercayaannya terhadap hal-hal supernatural dalam percakapan berikut:
Horatio: Oh, siang dan malam, tetapi ini luar biasa aneh!
Hamlet: Dan karenanya, sebagai seorang asing, sambutlah itu.
Ada lebih banyak hal di surga dan di bumi, Horatio,
Daripada yang dimimpikan dalam filosofismu.
Shakespeare berbicara melalui Hamlet, memberi tahu kita untuk mengekspektasikan yang tidak terduga. Sambutlah hal-hal yang aneh dan luar biasa. Memang betul bahwa hantu ayah Hamlet yang menampakkan diri kepada orang-orang itu aneh, tetapi jangan menolaknya hanya karena itu. Filosofi Anda harus cukup luas untuk hal-hal supernatural. Ada lebih banyak yang terjadi dalam dunia kita yang indah ini (dan di luarnya) daripada yang dapat Anda bayangkan. Jika filosofi Anda tidak cukup luas dan terbuka untuk mencakup hal-hal yang ajaib dan luar biasa, Anda memerlukan filosofi baru.
Kita harus terbuka terhadap klaim-klaim menakjubkan dari dunia kuno dan pada era modern ini. Filosofi kita perlu menyediakan ruang untuk hal-hal yang tidak terduga, yang aneh, dan yang luar biasa. Namun, pertanyaan terpenting untuk ditanyakan kepada klaim menakjubkan apa pun ialah: "Apa buktinya?"
Kita telah melihat bahwa, dari perspektif para sarjana yang paling skeptis pun, bobot catatan historis menegaskan bahwa sejumlah individu dan kelompok orang percaya bahwa mereka telah melihat Yesus yang telah bangkit. Semua bukti yang kita miliki mendukung bahwa para saksi mata-Nya dapat dipercaya dan jujur. Mengapa tidak memercayai mereka?
Ditambah lagi, jika itu tidak meyakinkan para Horatio pada era modern ini, kita dapat melangkah lebih jauh, memanggil Kedua Belas Murid dan lebih dari 500 orang yang telah melihat Mesias yang telah bangkit.
Kita bahkan dapat bepergian melampaui kurun waktu abad pertama, menjelajahi bagaimana kepercayaan akan Kebangkitan meletakkan fondasi bagi seluruh peradaban Barat, menginspirasi beberapa karya seni, sastra, musik, film, filosofi, moralitas, dan etika yang terhebat yang pernah dilihat oleh dunia. Apakah semuanya itu berdasarkan pada kebohongan?
Ditambah lagi, jika semuanya itu masih belum cukup, biarlah para Horatio kita melihat triliunan orang di dunia hari ini yang siap menyaksikan bagaimana Kristus yang hidup telah mengubahkan hidup mereka. Orang-orang ini termasuk para raksasa intelektual yang telah bertobat menjadi orang Kristen dari setiap agama dunia (atau dari ateisme dan agnostisisme). Dalam Kristus, mereka menemukan segala harta karun hikmat dan pengetahuan.
Saat Paskah, triliunan orang ini menyerukan pesan yang sama yang diserukan oleh para rasul pada Hari Pentakosta: "Yesus inilah yang Allah bangkitkan dan kami semua adalah saksi tentang hal itu."
Sekarang, lebih daripada sebelumnya, dalam dunia yang gelap dan dilanda wabah ini, keluarga, teman, dan tetangga Anda sedang mencari harapan. Kristus yang hidup adalah satu-satunya harapan bagi kita semua. Sebelum Paskah memudar ke dalam hiruk-pikuk kehidupan harian, tanyakan kepada tetangga Anda: Apakah (atau siapakah) yang dilihat oleh para saksi itu?
Mereka melihat harapan yang berinkarnasi, ciptaan baru, kehidupan dalam kepenuhannya, Allah dalam daging.
Ini memang luar biasa aneh! Dorong teman-teman Anda yang skeptis agar jangan berhenti di "Saya tidak tahu." Sambutlah Yesus yang telah bangkit. (t/Odysius)
Diterjemahkan dari: | ||
Nama situs | : | Christianity Today |
Alamat situs | : | https://christianitytoday.com/ct/2020/april-web-only/justin-bass-bedrock-christianity-resurrection-appearances.html |
Judul asli artikel | : | What Skeptical Scholars Admit about the Resurrection Appearances of Jesus |
Penulis artikel | : | Justin Bass |