Bagaimana Saya Menjelaskan Paskah kepada Anak-Anak Saya?
Tab primer
Realitas manusia yang dibangkitkan dari kematian cukup sulit untuk dipahami orang dewasa, apalagi anak-anak.
Saya tidak tahu bagaimana menjelaskan Paskah kepada anak-anak saya -- Penny, 5 tahun, dan William, 2 tahun. Saya telah mencoba dua macam pendekatan.
Saya pernah membicarakannya secara langsung: "Beberapa orang membunuh Yesus dan Dia mati dan Allah menghidupkan-Nya kembali."
"Apa artinya mati?" tanya William.
Saya mencoba menjelaskan kematian sebagai sesuatu yang membawa orang pergi selamanya.
"Di mana Yesus sekarang?" tanya Penny.
"Yesus ada di surga dan di sekitar kita," kata saya.
"Tapi, di mana Yesus sekarang?"
Kemudian, Penny pergi ke sekolah Minggu minggu lalu, di mana guru-gurunya memerankan kembali Kisah Sengsara Yesus. Saya sedang duduk di gereja ketika, di tengah khotbah, salah satu guru membawa Penny kepada saya. Dia duduk di sebelah saya, sambil mewarnai gambar, selama sisa kebaktian. Gurunya kemudian menjelaskan bahwa ketika Penny melihat Yesus dipaku di kayu salib, dia berdiri lalu pergi.
Saya bertanya kepada Penny kemudian, "Apa yang terjadi di sekolah minggu? Apakah kamu belajar sesuatu tentang Yesus?"
Tanpa menatap ke saya dia berkata, "Dia mati. Aku ingin bertemu denganmu, Bu."
"Apakah kamu tahu apa yang terjadi ketika Dia mati?"
"Aku tidak ingin membicarakannya."
Pendekatan secara langsung tidak membawa hasil yang banyak.
Saya juga mencoba pendekatan tidak langsung: "Apakah kamu tahu apa itu Paskah?" Saya bertanya kepada William.
Matanya menyala. "Kelinci!"
"Yah, kurang lebih."
Saya mengerti kebingungannya. Dia pulang dari PAUD dengan telur Paskah. Seorang pria di kedai kopi memberinya kelinci cokelat. Dan, kami memiliki "pohon Paskah" di meja dapur kami, dengan forsythia (bunga yang populer pada masa Paskah - Red.) mekar dan telur-telur kayu yang dicat menjuntai dari cabang-cabangnya.
Saya pikir mungkin saya bisa menjelaskan Paskah dengan menggunakan simbol musim semi, dan kami bisa berbicara tentang kematian dan kelahiran kembali, tentang ulat dan kupu-kupu, atau anak ayam yang menetas atau bunga krokus yang mekar.
Akan tetapi, analogi-analogi itu runtuh dengan cepat. Pertama, tidak ada apa pun di dunia alami yang dibawa dari kematian ke kehidupan. Yang mati tetap mati. Lebih jauh lagi, menyatakan bahwa Salib dan Kubur Kosong seperti halnya bunga bakung mengancam akan melemahkan iman dan pengharapan kita di dalam Kristus.
Melalui Perbuatan
Salah satu alasan saya kesulitan menjelaskan Paskah kepada anak-anak saya adalah karena saya kesulitan menjelaskannya kepada diri saya sendiri. Bahkan, para penulis Perjanjian Baru tidak dapat menemukan kata-kata atau gambaran yang memadai untuk menjelaskan apa yang terjadi pada akhir pekan itu di Yerusalem. Sementara faktanya tetap jelas -- Yesus mati di kayu salib, dan Allah membangkitkan Dia dari kematian -- memahami pentingnya fakta-fakta itu tetap menjadi tantangan.
Berkali-kali, para penulis Perjanjian Baru menggambarkan dampak kematian dan kebangkitan Yesus sebagai sebuah "rahasia". Dalam pembelaan panjang Paulus terhadap realitas Kebangkitan, dia menyimpulkan: "Dengarlah! Aku mengatakan kepadamu sebuah rahasia, kita tidak akan mati semuanya, tetapi kita semua akan diubah, seketika itu, dalam sekejap mata saja, saat trompet terakhir: karena trompet akan berbunyi, dan orang mati akan dibangkitkan tanpa kebinasaan, dan kita akan diubahkan" (1 Korintus 15:51-52, AYT). Dalam Efesus, kita membaca tentang "rahasia kehendak Allah" dalam mendamaikan segala sesuatu melalui Kristus (Efesus 1:9) dan "rahasia Injil" (Efesus 6:19). Dalam Kolose 1:27, kita membaca bahwa "rahasia" adalah "Kristus di dalam kamu, pengharapan akan kemuliaan."
Orang-orang Kristen percaya bahwa kematian Yesus lebih dari sekadar kemartiran, bahwa kematian itu benar-benar menghasilkan pengampunan dosa dan rekonsiliasi antara Allah dan manusia. Kebangkitan memperkuat iman itu sebagai pengesahan Allah atas kerelaan pengorbanan diri Yesus. Namun, sebagaimana ditegaskan tradisi liturgi, ketika kita menggambarkan peristiwa Pekan Suci, kita menyatakan rahasia iman kita: Kristus telah mati. Kristus telah bangkit. Kristus akan datang kembali.
Saya tidak bermaksud mengabaikan kejelasan iman kita atau menyiratkan bahwa itu tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata. Namun, saya tidak akan khawatir jika kata-kata saya gagal menyampaikan pesan Paskah kepada anak-anak kita. Sebaliknya, saya mencari cara agar perbuatan-perbuatan kita menyampaikan pesan dosa dan keselamatan, kehancuran dan penyembuhan, kehancuran dan pengampunan, kematian dan kebangkitan.
Anak-anak kita akan menyaksikan konsep-konsep itu dalam kehidupan nyata, saya harap, ketika mereka melihat orang tua mereka saling membentak dan kemudian berdamai, atau ketika mereka menerima pelukan setelah mereka melakukan kesalahan, atau ketika mereka mendengar kami berbicara tentang harapan kami untuk melihat almarhum nenek mereka sekali lagi. Mereka juga akan menerapkan konsep-konsep ini ketika mereka berpartisipasi dalam kehidupan gereja.
Kebetulan hari Minggu kemarin adalah hari Minggu perjamuan kudus . Karena Penny minta diri untuk tidak menyaksikan drama penyaliban di sekolah minggu, tanpa disadari dia mengundang dirinya ke Meja Tuhan. Bersama-sama kami berjalan ke depan. Dia mencicipi roti dan anggur dan melihat saya melakukan hal yang sama. Saya tidak tahu seberapa banyak yang dia dengar ketika pendeta kami membacakan kisah tentang Perjamuan Terakhir. Saya tidak tahu apakah dia memerhatikan bahwa kami mengambil bagian dari elemen-elemen itu di depan sebuah salib kayu. Namun, saya tahu dia melakukan praktik mengingat kematian dan kebangkitan Yesus sebagai bagian dari tubuh Kristus. Dia ikut menyanyikan lagu terakhir, mengangkat tangannya ke udara dan bernyanyi "Yesusku, Juru Selamatku."
Pada hari Minggu Paskah, anak-anak saya tidak akan dapat menjelaskan arti kematian dan kebangkitan. Akan tetapi, saya memiliki iman bahwa mereka akan berpartisipasi dalam iman dan pengharapan yang berasal dari anugerah hidup baru di dalam Yesus. (t/Jing-Jing)
Diterjemahkan dari: | ||
Nama situs | : | Today's Christian Woman |
Alamat situs | : | https://todayschristianwoman.com/articles/2012/marchapril-issue/how-do-i-explain-easter-to-my-children.html |
Judul asli artikel | : | How Do I Explain Easter to My Children? |
Penulis artikel | : | Amy Julia Becker |