Ada atau Tidak Ada Masa Pra-Paskah, Hidup Adalah Peperangan
Baik ada masa pra-Paskah atau tidak, tidak melakukan sesuatu yang rasanya ingin Anda lakukan adalah pola yang harus diikuti setiap hari oleh murid Yesus. Ya, setiap hari. "Jika seseorang ingin mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya sendiri, dan memikul salibnya setiap hari, dan mengikuti Aku." (Luk. 9:23)
LIHATLAH ANAK DOMBA ALLAH, YANG MENGHAPUS DOSA DUNIA!
pergi dosa-dosa kita. Kata "membawa pergi" adalah kata yang penuh rasa empati dan penuh makna. Bukan hanya berarti "menanggung", melainkan juga bahwa "waktu pelaksanaannya adalah seketika itu juga dan seluruhnya, tidak bersisa sedikitpun". Ini merupakan pembersihan nyata dari dosa. Alangkah besarnya kemurahan anugerah ini!
Manusia Tanpa Kristus adalah Terhilang
Sebelum seorang konselor memberikan bantuan praktis kepada konseli (orang yang dilayaninya), ia harus lebih dahulu memulainya dengan pengetahuan yang benar tentang hakekat manusia (nature of man). Hal yang paling dasar untuk mengerti hakekat manusia adalah kesadaran bahwa tanpa Kristus manusia akan terhilang. Adalah hal yang tidak logis kalau kita mencoba menolong konseli memecahkan masalah yang sedang dihadapinya sekarang, tetapi kita tidak peduli atau mengabaikan tujuan hidupnya yang kekal. Manusia tanpa Kristus adalah manusia yang terhilang (Yohanes 14:6) dan neraka adalah tujuan hidupnya yang kekal (Matius 10:28; 2 Tesalonika 1:9).
Paskah dan Sejarahnya
Paskah telah dirayakan sebelum gereja mengenal tradisi perayaan Paskah. Sejak abad ke-2, Paskah merupakan perayaan Kristen yang paling penting. Peristiwa Paskah adalah dasar, titik tolak, dan pusat iman Kristen. Keempat Injil dan seluruh kitab Perjanjian Baru mencatat terjadinya peristiwa Paskah, yaitu hari Kebangkitan Yesus dari kubur. Rasul Paulus menuliskan, "Andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sia jugalah kepercayaan kamu." (1Kor.15:14).
Secercah Harapan
Kemudian, saya berkata kepada diri sendiri sambil menghela nafas duka karena pahitnya jiwa saya, "Bagaimana Allah bisa menghibur manusia celaka seperti aku ini?" Begitu selesai berkata demikian, kata-kata berikut kembali kepada saya, bagaikan gema yang menjawab, "Dosa ini bukan dosa yang mendatangkan maut." Seketika itu juga saya merasa seakan-akan diangkat keluar dari kubur dan saya berseru kembali, "Tuhan, bagaimana mungkin Engkau bisa berkata demikian?" Sebab, hati saya merasa sangat takjub mendapatkan tanggapan yang tepat dan tak terduga, yakni ketepatan ucapan, ketepatan waktunya; kuasa, kenyamanan, terang, dan kemuliaan yang datang bersamanya membuat saya merasa kagum. Kini, untuk satu saat ini, saya merasa tidak lagi ragu-ragu tentang hal yang sudah begitu membingungkan saya sebelumnya, yaitu saya takut dosa saya tak terampuni dan itu menyebabkan saya tak berhak untuk berdoa, bertobat, dll.; atau andai saya berhak melakukannya, sama sekali tak ada keuntungan atau manfaatnya bagi saya.