Skip to main content
Submitted by admin on

Andrew Murray

"Sebab siapakah yang lebih besar: yang duduk makan, atau yang melayani? Bukankah dia yang duduk makan? Tetapi Aku ada di tengah-tengah kamu sebagai pelayan."

(Lukas 22:27, TB)

Dalam Injil Yohanes, kehidupan rohani Tuhan kita menjadi terbuka bagi kita. Yesus sering berbicara tentang hubungan-Nya dengan Bapa, tentang motif-motif yang menuntun-Nya, dan tentang kesadaran-Nya akan kuasa dan roh yang melandasi perbuatan-Nya. Walaupun kata rendah hati tidak tersurat, tetapi semua ayat Kitab Suci secara jelas menampilkan kerendahan hati-Nya.

Kami telah mengatakan bahwa karunia ini sebenarnya adalah keputusan sederhana manusia untuk membiarkan Allah menjadi segalanya, dalam penyerahan diri pada karya Allah saja. Dalam Yesus kita melihat Putra Allah di surga yang sekaligus sebagai manusia di bumi, dan bagaimana Ia mengambil tempat ketaatan sepenuhnya. Apa yang diajarkan begitu sering diterapkan-Nya pada diri-Nya sendiri: "Barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan" (Lukas 18:14). Seperti yang tertulis, "Ia telah merendahkan diri-Nya... Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia"

(Filipi 2:8-9).

Yesus Kristus

Mari kita lihat rangkaian ayat-ayat Injil Yohanes berikut ini, dan perhatikanlah betapa banyak Ia memakai kata tidak dan bukan dalam melukiskan hubungan-Nya dengan Bapa. Ketika Paulus juga mengatakan "Bukan aku melainkan Kristus", ia pun mempunyai roh yang sama seperti Kristus.

"Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri" (Yohanes 5:19).

"Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri; Aku menghakimi sesuai dengan apa yang Aku dengar, dan penghakiman-Ku adil, sebab

"Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri" (Yohanes 5:30).

"Aku tidak memerlukan hormat dari manusia" (Yohanes 5:41).

"Aku telah turun dari Surga, bukan untuk melakukan kehendak-Ku" (Yohanes 6:38). "Ajaran-Ku tidak berasal dari din'~Ku sendiri" (Yohanes 7:16). "Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri" (Yohanes 7:28). "Aku tidak berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri" (Yohanes 8:28). "Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, melainkan Dialah yang mengutus Aku" (Yohanes 8:42). "Aku tidak mencari hormat bagi-Ku" (Yohanes 8:50). "Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku" (Yohanes 14:10). "Dan Firman yang kamu dengar itu bukanlah dari pada-Ku" (Yohanes 14:24). Kata-kata ini membuat kita dapat melihat akar yang paling dalam tentang kehidupan dan karya Kristus. Juga menyingkapkan bagaimana Allah Maha Tinggi mampu mengerjakan karya penebusan-Nya yang Maha Tinggi melalui Kristus. Ayat-ayat tersebut menunjukkan betapa Kristus memperhitungkan keadaan hati yang menjadikan-Nya sebagai Putra Allah. Ayat-ayat 'mi juga mengajarkan kita tentang esensi sifat dan kehidupan penebusan yang telah Kristus kerjakan. Kristus mengosongkan diri agar

Allah menjadi segala-galanya. 1a menaklukkan diri dengan segala keinginan-Nya dan kekuatan-Nya kepada Bapa yang bekerja di dalam diri-Nya.

Tentang kuasa-Nya, kehendak-Nya, kemuliaan-Nya, keseluruhan misi-Nya dan pengajaran-Nya, ia berkata, "Bukan Aku; Aku telah menyerahkan diri kepada Bapa. Aku bukan apa-apa, Bapa-Ku segala-galanya."

Mari kita lihat rangkaian ayat-ayat Injil Yohanes berikut ini, dan perhatikanlah betapa banyak Ia memakai kata tidak dan bukan dalam melukiskan hubungan-Nya dengan Bapa. Ketika Paulus juga mengatakan "Bukan aku melainkan Kristus", ia pun mempunyai roh yang sama seperti Kristus.

"Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri" (Yohanes 5:19).

"Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri; Aku menghakimi sesuai dengan apa yang Aku dengar, dan penghakiman-Ku adil, sebab

"Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri" (Yohanes 5:30).

"Aku tidak memerlukan hormat dari manusia" (Yohanes 5:41).

"Aku telah turun dari Surga, bukan untuk melakukan kehendak-Ku" (Yohanes 6:38). "Ajaran-Ku tidak berasal dari din'~Ku sendiri" (Yohanes 7:16). "Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri" (Yohanes 7:28). "Aku tidak berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri" (Yohanes 8:28). "Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, melainkan Dialah yang mengutus Aku" (Yohanes 8:42). "Aku tidak mencari hormat bagi-Ku" (Yohanes 8:50). "Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku" (Yohanes 14:10). "Dan Firman yang kamu dengar itu bukanlah dari pada-Ku" (Yohanes 14:24). Kata-kata ini membuat kita dapat melihat akar yang paling dalam tentang kehidupan dan karya Kristus. Juga menyingkapkan bagaimana Allah Maha Tinggi mampu mengerjakan karya penebusan-Nya yang Maha Tinggi melalui Kristus. Ayat-ayat tersebut menunjukkan betapa Kristus memperhitungkan keadaan hati yang menjadikan-Nya sebagai Putra Allah. Ayat-ayat ini juga mengajarkan kita tentang esensi sifat dan kehidupan penebusan yang telah Kristus kerjakan. Kristus mengosongkan diri agar Allah menjadi segala-galanya. 1a menaklukkan diri dengan segala keinginan-Nya dan kekuatan-Nya kepada Bapa yang bekerja di dalam diri-Nya.

Tentang kuasa-Nya, kehendak-Nya, kemuliaan-Nya, keseluruhan misi-Nya dan pengajaran-Nya, 1a berkata, "Bukan Aku; Aku telah menyerahkan diri kepada Bapa. Aku bukan apa-apa, Bapa-Ku segala-galanya."

Bagi Kristus ketaatan penuh dan ketergantungan-Nya pada kehendak Bapa, menjadi salah satu kedamaian dan sukacita yang sempurna. Ia tidak merasa kehilangan sesuatu dengan memberikan segala sesuatu kepada Allah. Bapa memberikan kepercayaan-Nya dan melakukan segala sesuatu bagi Dia, dan meninggikan Dia pada tangan kanan-Nya sendiri dalam kemuliaan. Dan, karena Kristus telah merendahkan diri-Nya di hadapan Allah, Ia melihat amat mungkin merendahkan diri-Nya di hadapan manusia juga. Ia mampu menjadi hamba semuanya. Kerendahan hati-Nya secara sederhana merupakan penyerahan diri-Nya pada Allah, untuk mengizinkan Bapa mengerjakan di dalam diri-Nya. Ia mengizinkan Bapa berbuat apa yang Ia sukai, tanpa menghiraukan apa yang dikatakan atau diperbuat orang-orang yang ada di sekitar terhadap-Nya.

Dalam pemikiran seperti ini, dalam roh dan keputusan ini, penebusan Kristus mempunyai dampak positif dan efektif. Sikap kerendahan hati itu memanggil kita untuk mengambil bagian dalam Kristus. Inilah penyangkalan diri yang sejati yang menjadi panggilan Sang Penebus kepada kita penga- kuan bahwa di dalam diri kita tidak ada sesuatu yang baik kecuali tempat kosong yang harus diisi oleh Allah. Hal itu juga menyatakan sebagai yang ada atau yang mengerjakan sesuatu yang bukan bagi suatu momen diizinkan. Di dalam inilah diadakan segala sesuatu di mana keselarasan dengan Yesus terjadi. Ini merupakan adanya dan tidak mengerjakan apa-apa dengan diri kita sendiri sehingga Allah dapat menjadi segalanya.

Di sini kita mempunyai akar dan sifat kerendahan hati yang sejati. Oleh karena kerendahan hati semacam ini tidak dipahami atau dicari, maka kerendahan hati kita menjadi sedemikian dangkal dan lemah. Kita harus belajar dari Yesus, bagaimana Ia lembut dan rendah hati. Ia mengajar kita di mana kerendahan hati sejati mengambil tempat dan menemukan kekuatannya, yakni bahwa tempat kita adalah berserah secara penuh di dalam kesadaran penuh untuk tidak menjadi dan melakukan apa-apa bagi diri sendiri. Inilah kehidupan yang Kristus nyatakan dan berikan kepada kita, yaitu suatu kematian atas dosa dan keakuan.

Bila kita merasa bahwa kehidupan semacam ini amat tinggi dan melampaui jangkauan kita, ini harus lebih mendorong kita untuk mencarinya dalam Kristus. Karena kehidupan itu adalah Kristus yang bersemayam dalam diri kita dengan segala kelembutan dan kerendahan hati. Bila kita rindu akan kehadiran-Nya di atas segala sesuatu, carilah rahasia pengetahuan tentang hakikat Allah karena setiap saat Ia mengerjakan segalanya dalam segalanya. Rahasia itu yang daripadanya semua hakikat dan setiap orang, dan di atas semuanya setiap anak Allah menjadi saksi adalah bahwa kita bukanlah apa-apa kecuali sebagai bejana, saluran yang digunakan oleh Allah yang hidup untuk memanifestasikan kekayaan, kebijaksanaan, kuasa, dan kebaikan~Nya. Akar semua kebajikan dan karunia dari semua iman dan penyembahan yang berkenan ~ adalah kita mengetahui bahwa kita tidak mempunyai sesuatu apa pun kecuali apa yang kita terima, dan bersujud dalam kerendahan hati yang paling dalam untuk menanti Allah.

Ini dikarenakan kerendahan hati ini bukan merupakan perasaan sentimen sementara yang muncul dan dibawa ke dalam perbuatan ketika Yesus berpikir tentang Allah tetapi roh sejati dari keseluruhan hidup-Nya sendiri, bahwa Yesus rendah hati dalam persekutuan-Nya dengan Allah dan manusia. Ia menganggap diri-Nya sendiri Hamba Allah bagi manusia yang diciptakan Allah dan dicintai-Nya. Sebagai akibat praktisnya, Ia menganggap diri-Nya Hamba manusia, yang melalui-Nya Bapa dapat menunjukkan karya dan kasih-Nya. Walaupun sebentar, Ia tidak pernah berpikir untuk mencari kehormatan-Nya, atau menyatakan kuasa-Nya untuk membuat diri-Nya diakui. Roh-Nya secara utuh merupakan suatu kehidupan yang berserah kepada Allah supaya Ia bekerja di dalamnya. Sebelum orang Kristen mempelajari kerendahan hati Yesus sebagai esensi penebusan-Nya dan sebagai kesucian sejati hidup Anak Allah, maka mengosongkan diri akan menjadi suatu beban. Sebelum manusia mempelajari kerendahan hati-Nya sebagai saru-sarunya hubungan yang benar dengan Bapa, maka kerendahan hati menjadi suatu kesengsaraan. Seharusnya kerendahan hati ini merupakan yang pertama dan yang utama dari tanda-tanda Kristus yang ada dalam diri kita.

Saudara-saudaraku, apakah Anda diberi berpakaian kerendahan hati. Tanyakan hidupmu sehari-hari. Tanyakan Yesus. Tanyakan kawan-kawanmu. Tanyakan dunia. Dan mulailah memuji Allah karena terbuka kesempatan bagi Anda di dalam Yesus untuk suatu kerendahan hati surgawi yang tidak pernah Anda ketahui, dan yang di dalamnya ada berkat surgawi (yang mungkin belum pemah dirasakan), namun dapat hadir dalam hidupmu.

Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup. (1 Yohanes 2:6,TB)

Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah. (Ibrani 12:2,TB)