Drama Paskah

Perjamuan Terakhir Bersama Yesus

Karakter yang diperankan:
- Narator
- Yesus
- Dua orang sebagai tikus

Murid-murid (yang diperankan secara spontan oleh anak-anak yang hadir menonton pertunjukan drama ini)

Perlengkapan:

Lonceng untuk memberi tanda dimulai dan berakhirnya drama. Balok kayu untuk menimbulkan suara langkah-langkah kaki/sepatu. Meja kecil yang rendah dengan gelas anggur dan roti di atasnya.

Teks Drama:

Narator: "Di lantai atas sebuah rumah kita akan melihat Yesus, para murid, dan dua ekor tikus yang berada di sudut ruangan."

Memilih Salib

PEMAIN

  1. Seseorang (Penjual Salib)
  2. Pria
  3. Pemuda
  4. Manajer
  5. Si Kaya

Gambar: Paskah_Salib

NASKAH

Panggung dalam keadaan kosong, tanpa dekor apa pun. Terdengar suara

hiruk-pikuk seperti di jalan ramai.

Seorang lelaki setengah baya muncul dari kanan panggung sambil

membawa sebuah tas perjalanan dan beberapa buah salib dengan

berbagai ukuran, besar sekali, besar, sedang, dan kecil.

Seseorang:

----------

"Aaaah ... lelah sekali rasanya, setelah menempuh perjalanan yang

jauh. Saudara-saudara, bolehkah saya numpang beristirahat sejenak di

sini? Saya berasal dari negeri yang jauh, sepanjang perjalanan, saya

telah menawarkan salib. Banyak orang telah mengambilnya, dari ukuran

yang besar sampai yang kecil dengan berbagai alasan. Tentu saja yang

kecil yang paling laris, saya tidak tahu mengapa begitu. Dan

anehnya, yang paling besar ini, sampai sekarang belum ada

peminatnya. Barangkali di antara Saudara ada yang berminat? Ayo,

salib, salib. Siapa yang mau, silakan datang dan pilih sendiri. Ayo,

tidak usah bayar alias gratis!

Nah, itu ada seseorang sedang menuju ke mari, coba saya tawarkan

dia. Selamat pagi, Pak. Maukah Bapak mampir sejenak untuk memilih

sebuah salib?"

Pelayanan tanpa pengorbanan tidak akan menghasilkan apa-apa.
  1. Facebook
  2. Twitter
  3. WhatsApp
  4. Telegram

Pria:

-----

"Maaf. Saya sedang terburu-buru, saya tidak mempunyai cukup waktu

untuk urusan seperti ini, lain kali saja. Ngemis kok di sembarang

tempat, huh!" [Sambil beranjak pergi.]

Seseorang:

----------

"Sungguh kasihan. Ia tidak tahu, betapa pentingnya salib bagi

hidupnya. Apakah tidak ada seseorang yang pernah memberitahukannya?"

Pemuda:

-------

"Permisi! Bolehkah saya meminta sebuah salib, Pak?"

Seseorang:

----------

"Oh, tentu saja, tentu saja boleh!"

[Kepada Penonton] "Ini baru kejutan! Belum ditawari, sudah meminta!"

"Ayo, silakan Dik, pilih mana yang kau suka! Gratis, lho ..."

Pemuda:

-------

"Gratis?"

[Seseorang menganggukkan kepalanya, Pemuda memilih-milih salib, lalu

mengambil salib terbesar kedua.]

"Ah, kukira yang ini cocok untukku!"

Seseorang:

----------

"Mengapa begitu?"

Pemuda:

-------

"Pertama-tama, tentu saja karena gratis, maka kupilih yang cukup

besar. Kedua, aku masih muda, masih mampu memikul salib yang besar.

Lagipula, sangat membanggakan rasanya, di mana-mana orang dapat

melihat salib yang kubawa. Yah, aku pilih yang ini saja!"

Seseorang:

----------

"Tunggu dulu! Kalau begitu, mengapa tidak kaupilih yang paling besar

saja?"

Pemuda:

-------

"Waaah .... Kalau yang itu terlalu berat untukku. Lagipula, kayunya

kasar dan tampak buruk lagi! Ah, sudahlah, aku pilih yang ini saja.

Boleh kan?"

Seseorang:

----------

"Oh, boleh, boleh ... Sangaaat ... boleh! Silakan kau ambil yang itu

saja!"

Pemuda:

-------

"Terima kasih!" [Berlalu sambil membawa salibnya.]

Seseorang:

----------

"Haaaahh ..." [Menarik napas panjang.]

"Di mana-mana anak muda selalu sama, semangat tinggi, ingin selalu

menonjol, tapi ... takut, kalau diberi tanggung jawab yang lebih

besar. Haaaaahhh ..."

Manajer:

--------

[Masuk dari kiri panggung, berdasi, membawa tas kantor, seorang

eksekutif muda] "Lho, kok pagi-pagi sudah mengeluh panjang pendek,

ada apa ini?"

Seseorang:

----------

"Oh, tidak, tidak, saya sedang latihan ilmu pernapasan! Apakah

Saudara juga berminat dengan salib-salib ini?"

Manajer:

--------

"Salib? Wah, kebetulan sekali. Saya memang sedang mencari-cari salib

yang cocok untuk saya."

Seseorang:

----------

"Maksud Saudara?"

Manajer:

--------

"Begini! Sebagai seseorang yang sedang memperoleh karir yang baik,

saya membutuhkan sebuah salib yang cocok yang dapat mewakili

keberadaan saya."

Seseorang:

----------

[Menunjuk pada salib yang paling besar.] "Kalau begitu, salib yang

besar itu pasti cocok untuk menjadi simbol kehebatan Saudara!

Bukankah begitu?"

Manajer:

--------

"Oh, bukan, bukan itu maksud saya!"

Seseorang:

----------

"Lalu, bagaimana maksud Saudara yang sebenarnya? Coba katakan!"

Manajer:

--------

"Bukan maksud saya untuk memilih sebuah salib besar yang dapat

melambangkan kehebatan saya! Bukan, sama sekali, bukan!"

Seseorang:

----------

"Lantas, bagaimana?"

Manajer:

--------

"Justru, sebaliknya. Saya menginginkan sebuah salib yang fleksibel.

Yang mudah diajak menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi saya.

Jadi, sebuah salib yang sedang besarnya dan cantik penampilannya."

Seseorang:

----------

"Yang sedang besarnya, banyak, yang cantik penampilannya, banyak,

yang bisa dua-duanya yah cuma ini!" [Menunjuk salib yang sedang.]

Manajer:

--------

[Mengambil dengan antusias.] "Ini yang gue cari ...!"

Seseorang:

----------

"Huss! Seperti iklan saja!"

Manajer:

--------

"Oh iya, lupa! Oke, saya ambil salib yang ini saja! Cantik

penampilannya, besarnya pun sedang. Mudah terlihat pada saat

diperlukan, sesuai dengan jabatan dan kedudukan saya, mudah pula

disembunyikan bilamana membahayakan karir saya. [Membuka tas dan

memasukkan salib.]

Seseorang:

----------

"Oooh ... begitu ...." [Mengangguk-anggukkan kepala] "Pintar sekali

Saudara ini!"

Manajer:

--------

"Yaah ... bukankah Tuhan mengatakan bahwa kita harus cerdik seperti

ular, ya itulah yang kulakukan!"

Seseorang:

----------

"Oooh ...." [Sambil terus mengangguk-anggukkan kepala.]

Manager:

--------

"Oke, terima kasih, Pak untuk salibnya ini. Permisi."

Seseorang:

----------

[Seperti tersentak dari lamunan.] "O, ya ... ya ... ya ... silakan,

silakan."

[Manajer berlalu.]

Seseorang:

----------

[Menggumam sendiri.] "Cerdik ... se ... per ... ti ... u ... lar,

cerdik seperti ular, cerdik sep ... [Membuka-buka kitab yang

dibawanya.] Ah, ini dia ... cerdik seperti ular dan tulus seperti

merpati. Hei, hei, hei ...! Merpatinya ma ... na ...!"

Si Kaya:

--------

[Berdasi, memakai setelan jas, dan segala atribut yang menunjukkan

kekayaannya, masuk langsung menghampiri Seseorang.] "Saya dengar

Saudara mempunyai koleksi berbagai macam salib."

Seseorang:

----------

"Betul, Pak ... betul!" [Dengan sikap hormat.]

Si Kaya:

--------

"Tolong carikan sebuah yang pas untuk saya. Berapa pun akan saya

bayar." [Mengeluarkan seikat uang kertas.]

Seseorang:

----------

"Tidak, tidak perlu! Bapak tidak perlu membayar sepeser pun. Salib

ini diberikan dengan cuma-cuma, asal saja Bapak mau memilikinya!"

Si Kaya:

--------

"Kalau begitu, ambil saja uang itu untukmu. Terserah mau kamu

apakan!"

Seseorang:

----------

"Terima kasih, Pak, terima kasih. Bapak seorang yang sangat

dermawan. Nanti uangnya akan saya berikan kepada mereka yang

membutuhkannya. Sekali lagi terima kasih, Pak!"

Si Kaya:

--------

"Tidak apa-apa. Ayo, mana salibnya?"

Seseorang:

----------

"Saya kira ... [Memandang sejenak ke Si Kaya, lalu ke arah salib,

beberapa kali.] Ah, yang ini ... [Mengambil salib paling besar.]

Sangat cocok untuk Bapak!"

Si Kaya:

--------

"Apa?! [Terkejut.] Sebesar dan seburuk itu? Tidak, tidak, jangan

paksa aku untuk memikul salib sebesar dan seburuk itu! Aku tidak

akan sanggup!"

Seseorang:

----------

"Silakan bapak pilih sendiri, salib yang bapak suka."

Si Kaya:

--------

[Melihat-lihat dan menimbang-nimbang salib yang ada.] "Nah, yang ini

saja!" [Mengambil salib yang paling kecil dengan gembira.]

Seseorang:

----------

"Sekecil itu?"

Si Kaya:

--------

"Yah, aku kira yang ini paling cocok untukku, kecil dan praktis.

Untuk seorang businessman seperti aku yang selalu sibuk, tidak akan

cukup waktuku jika harus memilih salib yang besar-besar."

Seseorang:

----------

"O,ya? Begitukah?"

Si Kaya:

--------

"Ya, salib yang besar kan cocoknya untuk mereka yang masih muda dan

punya banyak waktu. Kalau bagiku, hanya bikin repot saja. Enak yang

seperti ini (Memperlihatkan salib yang kecil) "Cilik yo ...!" Ah,

maaf saya tidak punya lebih banyak waktu lagi, saya harus segera

berangkat ke luar negeri. Sampai jumpa. [Keluar.]

Seseorang:

----------

"Benarkan Saudara-saudara. Seperti yang saya katakan pada awal saya

baru tiba tadi. Ternyata di sini pun tidak ada yang berminat dengan

salib yang besar dan buruk itu. Lalu ke mana lagi saya harus

menawarkannya? Saya sudah lelah, terus memikulnya kian kemari.

Haruskah saya terus memikulnya sendirian? Atau begini saja, salib

ini saya titipkan saja di sini, barangkali saja suatu hari nanti ada

yang berminat. Atau, barangkali di antara saudara-saudara ada yang

ingin memikulnya? Maaf, saya harus berangkat lagi. Terima kasih,

telah memperbolehkan saya beristirahat sejenak di sini. Permisi!

Sampai jumpa! Seseorang berjalan keluar diiringi musik yang meriah.

Disusul suara hiruk-pikuk seperti di jalan raya. Selesai!"

- Salib Kristus adalah sebuah beban, sama seperti jangkar pada

perahu atau sepasang sayap pada burung. - Samuel Rutherford -

- Tidak ada penerima mahkota di sorga yang bukan seorang pemikul

salib di dunia. - Charles Haddon Spurgeon -

  • Pelayanan tanpa pengorbanan tidak akan menghasilkan apa-apa.
  • John Henry Jowett -
Bahan diambil dari sumber:
Nama Situs : YungDarius
Alamat URL : http://www.yungdarius.com/
Penulis : Yung Darius

Jalan ke Emaus

Ayat:
Lukas 24:13-33

Pemain:
Kleopas, teman seperjalanan, dan Yesus

Alat-alat yang dibutuhkan:
Meja kecil dengan cangkir, piring, roti, minuman, mangkuk berisi
buah-buahan, tiga kursi, pakaian, jubah putih dengan kerudung untuk
Yesus, ceret untuk jus/sirup anggur.

Panggung:
Meja diletakkan di salah satu sisi yang panjang, yang masih bisa
dilihat saat dilewati; pemain muncul dari sebelah meja. (Kleopas
masuk bersama temannya dan berjalan pelan-pelan.)

Teman : Kleopas, aku pikir pasti ada cara yang bisa kita lakukan

Di Taman Getsemani

Karakter yang diperankan:
- Narator
- Yesus
- Dua orang sebagai Tikus.

Perlengkapan:
Lonceng untuk memberi tanda dimulai dan berakhirnya drama.

Teks Drama:

Narator : "Halo, adakah di antara kalian yang mengingat pertunjukan drama yang lalu dimana kita bersama-sama Yesus ada di ruang paling atas sebuah rumah? Hari ini kita akan pergi ke sebuah tempat yang sunyi -- Taman Getsemani. Seperti minggu lalu kami akan minta kalian, anak-anak dan dua ekor tikus menolong kami dalam pertunjukan drama ini."

[Dua pemeran tikus naik ke sudut panggung dan berdiri di depan mikrophone]