Selubung Kirmizi, Jejak-Jejak Penyaliban Al Masih

Judul asli : --
Penulis : Luis M. Bermejo, SJ
Penerjemah : --
Penerbit : Kanisius, Yogyakarta 2008
Ukuran : 135 x 210 cm
Tebal : 320 halaman
Sumber : Pub. e-Buku edisi 42/2009

"Konfrontasi antara Yesus dan Pilatus tak diragukan menjadi adegan yang paling dramatis dalam seluruh Injil ...."

Ini adalah cuplikan alinea pertama dari bahasan tentang "Tuduhan Utama: Raja Orang Yahudi" yang termuat di halaman 192 buku ini. Melihat ungkapan tersebut, layak jika disinyalir bahwa proses pengadilan yang berakhir dengan penyaliban Yesus tersebut cacat hukum! Yesus adalah korban konspirasi politik antara kelompok-kelompok yang bertikai dan bersaing memperebutkan posisi. Keengganan Herodes, kebingungan Pilatus, dan ambisi besar imam-imam kepala, menjadi tanda yang sangat jelas bahwa sebenarnya tidak ditemukan satu alasan pun yang bisa menyeret Yesus pada hukuman mati dengan disalib! Tuduhan utama yang dijatuhkan kepada Yesus saat dihadapkan kepada Pilatus adalah pengakuan-Nya sebagai "Raja Orang Yahudi". Sebuah tuduhan yang sangat berbau politis. Ini jelas berbeda dengan tuduhan yang mereka ajukan saat Yesus dihadapkan di pengadilan Istana Kayafas, yaitu mengaku sebagai Mesias dan Anak Allah. Tiga tuduhan berakhir ini jelas lebih bersifat religius. Pilatus pun kebingungan dengan setiap jawaban Yesus atas pertanyaan-pertanyaannya, seputar tuduhan tersebut, karena Yesus tidak pernah menyangkal, tetapi juga tidak mengakui seperti yang dituduhkan itu.

Ulasan dan uraian yang disajikan oleh penulis seputar adegan kontoversial ini sungguh sangat berbeda dengan adegan yang sering kita lihat dalam renungan Jalan Salib selama masa pra-Paskah. Juga berbeda dengan adegan Pasio Minggu Palma atau pun Jumat Agung yang hanya kita lewatkan begitu saja. Bahkan, adegan di berbagai versi film layar lebarnya. Meski banyak ditemukan kejanggalan atas tuduhan-tuduhan tersebut, akhirnya Yesus tetap disalibkan. Yang menjadi pertanyaan kemudian: "Mengapa semua orang waktu itu terdiam melihat kejanggalan yang sangat kasat mata itu?" Situasi ini jelas mengundang tanya, bukan hanya bagi kita, tetapi juga bagi Yesus sebagai Manusia.

Buku ini membantu pembaca untuk mengetahui lebih jauh tentang reaksi dan situasi manusiawi Yesus, para murid, dan orang-orang di sekitar-Nya saat itu. Uraian dalam buku ini sekaligus mengajak kita para pembaca, untuk berimajinasi dan berkunjung ke masa 2000 tahun yang lalu, saat peristiwa pengadilan itu terjadi. Kita juga diajak untuk berpikir agak liar, namun kritis, tentang peristiwa abadi tersebut. Rasanya, menjelang Paskah ini sangat tepat untuk sejenak mengenang kembali semua peristiwa yang menjadi dasar iman Kristen. Merenungkan dan mengenang kembali dari sisi yang berbeda tentu akan memberikan sensasi iman yang berbeda pula. Selain menguak fakta-fakta di balik peristiwa yang selama ini diyakini kebenarannya, buku ini juga membantu pembaca untuk berpikir kritis terhadap aneka ajaran dan devosi gereja yang muncul dari peristiwa sengsara dan penyaliban. Mengingat pembahasan dan kupasan dalam buku ini cukup mendalam, bahkan sering kali di luar dugaan, ini menjadi tantangan yang sangat mengasyikan untuk menguji seberapa mendalam iman Anda terhadap Dia yang disalibkan.

Diambil dan disunting seperlunya dari:

Nama situs : Kanisius
Peresensi : AWA
URL : http://www.kanisiusmedia.com/