Kematian/Salib

Penderitaan Yesus, Bukan Suatu Nasib Malang

Bacaan: Lukas 9:22-36

Ada tulisan yang menyatakan bahwa penderitaan dan kematian Yesus Kristus disebabkan oleh gerakan-Nya untuk menjadi Mesias gagal. Karena itu, orang-orang yang berpandangan bahwa kematian Yesus di kayu salib sebagai seorang penjahat merupakan suatu konsekuensi politis yang wajar dan pantas. Menurut pemahaman ini, kematian Yesus di kayu salib dianggap tidak mampu membawa pengaruh apa pun terhadap karya keselamatan Allah.

Latar Belakang Salib

Beruntunglah kita yang dapat melihat kembali peristiwa salib dan memandangnya dengan sudut pandang yang benar. Murid-murid Kristus yang pertama tidak mendapat kesempatan istimewa seperti ini. Bagi mereka, penyaliban merupakan suatu tragedi yang mengerikan dan menyayat hati. Pemimpin yang mereka kasihi telah tiada. Harapan mereka tentang Kerajaan Mesias pupus begitu saja. Musuh-musuh mereka bersorak-sorai. Mereka terpana oleh rentetan peristiwa yang tidak terduga tersebut. Baru ketika Kristus mengejutkan mereka dengan kehadiran-Nya setelah kebangkitan, para murid mulai mengerti bahwa Kerajaan yang dituturkan dalam Perjanjian Lama itu mengacu pada salib. Mereka mulai memahami bahwa Kristus harus memenuhi gambaran sebagai seorang Hamba yang menderita, sebelum Dia datang kembali sebagai Raja yang telah dijanjikan.

Ironi tentang Salib

Ironi dari penyaliban Yesus adalah bahwa sesuatu yang sangat hina seperti salib yang sangat menjijikkan, sehingga orang menolak Manusia terbaik yang pernah hidup itu -- sesungguhnya Dia merupakan satu-satunya harapan kita untuk diselamatkan dari ketidakberdayaan rohani. Itulah yang dikatakan di dalam Alkitab. Dan itulah yang ditegaskan oleh Kristus ketika Dia bangkit dari kematian dengan penuh kemenangan. Salib bukanlah suatu kesalahan. Salib juga bukan malapetaka yang tiba-tiba menimpa kehidupan yang damai. Ironi tentang salib itu adalah salib merupakan contoh terbaik tentang kasih Allah dan dalam kematian, Kristus juga menunjukkan bagaimana seharusnya kita hidup.

Dilema tentang Salib

Salib memecahkan dua dilema besar -- yang satu dari sudut pandang Allah dan satunya lagi dari sudut pandang manusia. Semua orang tua pasti pernah mengalami dilema ketika mereka mengetahui bahwa anak mereka tidak taat, apakah mereka mendisiplinnya dengan keras atau membiarkannya karena mereka mengasihi si anak.

Dakwaan dari Salib

Dalam Alkitab terdapat pernyataan-pernyataan tentang kejahatan manusia, yang akan bersaksi sepanjang masa. Dalam menggambarkan hukuman mati yang dialami oleh Yesus Kristus, para penulis kitab Injil menggunakan kata-kata, "Mereka menyalibkan-Nya". Sebelumnya, belum pernah ada Seorang yang tidak bersalah menanggung caci-maki dan direndahkan begitu rupa oleh manusia. Keseluruhan proses tersebut merupakan pengungkapan akan dosa manusia yang mengerikan.

Halaman