Kebangkitan Kristus, Masa Depan Kita
Ketika suatu kemalangan atau bencana terjadi, kita sering kali bertanya, "Mengapa saya harus mengalami ini? Mengapa ini harus terjadi kepada kami? Mengapa ada penyakit? Mengapa cacat? Mengapa orang itu mati? Atau, kita akan protes, menolak, bahkan berusaha menyangkalnya dengan berteriak, "Tidak, tidak ...!!!" Namun, sebagai pengikut Kristus, sudah benarkah reaksi kita ini? Sudahkah karya kebangkitan-Nya berdampak dalam kehidupan kita?
Dalam Bayangan Salib
Bagaimana Allah yang baik dan penuh kasih mengizinkan semua rasa sakit dan penderitaan ini terjadi?
Saya berdiri mematung sendirian di sebuah ruangan rumah sakit, memandangi bayi saya bernapas, sementara menopang punggungnya dengan hati-hati, sambil berharap dapat merasakan jantungnya masih berdetak. Napasnya dangkal dan mencemaskan, sementara kulitnya berwarna abu-abu kebiruan. Dia telah dalam keadaan tidak sadar, seolah untuk selamanya. Baju saya penuh dengan darah dan kotorannya, dan baunya hampir sama menusuknya dengan rasa sakit di hati saya.
Bapa, Ampunilah Mereka
Dialog pada hari Jumat pagi itu terasa pahit.
Dari orang-orang yang melihat, "Jika Engkau Anak Allah, turunlah dari salib itu!"
Dari para pemimpin Yahudi, "Ia menyelamatkan orang lain, tetapi Ia tidak dapat menyelamatkan diri-Nya sendiri."
Dari para prajurit, "Jika Engkau adalah Raja orang Yahudi, selamatkan diri-Mu."
Kristus Telah Bangkit
Tetapi orang muda itu berkata kepada mereka: "Jangan takut! Kamu mencari Yesus orang Nazaret, yang disalibkan itu. Ia telah bangkit. Ia tidak ada di sini. Lihat! Inilah tempat mereka membaringkan Dia." (Markus 16:6)
Jangan Kehendakku, Bapa
Oleh: N. Risanti
"Jika jiwaku berdoa kepadaMu, Tuhanku,
ajar aku t'rima saja pemberian tangan-Mu
dan mengaku, s'perti Yesus di depan sengsara-Nya:
Jangan kehendakku, Bapa, kehendak-Mu jadilah."
Bagaimana Allah Bisa Mati?
Salib di kala fajar. Jika Anda adalah Petrus, mungkin saja Anda akan menyangkali Yesus juga. Petrus benar-benar tidak bisa memahami apa yang sedang terjadi.
Jika Yesus adalah Anak Allah, begitulah Petrus pasti telah bertanya-tanya, mengapa Dia tidak menghentikan kejahatan dan ejekan yang disaksikan oleh Petrus di pelataran Mahkamah Agama? Bagaimana mungkin Seorang yang ilahi melakukan itu?