Resensi Buku: "Kurban: Sifat dan Tujuannya" oleh Godfrey Ashby

'Festival Timur Dekat dan festival kurban bukanlah jamuan resmi kenegaraan atau pesta makan malam. Lalat beterbangan di sekitar mereka, anjing berkeliaran di pinggiran dan burung elang bertengger di pohon terdekat sementara burung nasar terbang melayang di udara panas di atas.' Penulis buku yang menyenangkan dan luas cakupannya ini jelas telah berpikir keras dan panjang mengenai kesulitan yang dialami oleh para pembaca modern Alkitab dalam memahami kebiasaan yang di luar pengalaman mereka. Penulisnya bergelar Profesor of Divinity di sebuah universitas Afrika Selatan dan sekarang menjadi asisten uskup Anglikan, dan latar belakang ganda ini sangat jelas terlihat dari perhatiannya untuk menjelaskan sistem kurban secara simpatik (masih menjadi kata yang digunakan oleh banyak suku di Afrika) dan secara teologis (karena itu adalah kata yang penting ketika orang Kristen berbicara tentang kematian Kristus).

Gambar: kurban

Mungkin aspek paling penting dalam buku ini adalah mata tajam penulis terhadap asumsi tersembunyi dan kesalahan metode yang telah lama menghalangi pemahaman kurban yang tepat. Awalan buku ini sangat menolong menjelaskan apa arti kurban bagi kebanyakan orang saat ini, dan memperingatkan bahwa kata kurban perlu direhabilitasi. Kemudian diikuti dengan survei yang berguna dari beberapa teori kurban, dan diakhiri dengan diskusi sangat penting tentang kurban sebagai komunikasi antara Allah dan manusia melalui media materiel. Di berbagai titik, Ashby mengacu pada model antropologis dari rite de passage (ritual atau upacara peralihan yang terjadi ketika seseorang hendak memasuki fase tertentu dalam hidupnya atau hendak bergabung dalam suatu kelompok - Red.), meskipun saya merasa model itu tidak didefinisikan dan dikembangkan secara memadai. Bab-bab terakhir memberikan beberapa observasi yang menantang tentang makna kurban dalam konteks Ekaristi dan dalam hidup umat Kristiani sehari-hari. Bagi kita yang berasal dari kalangan Protestan dan Injili sebaiknya memperhatikan dengan cermat poin-poin yang dia buat.

Akan tetapi, isi buku ini terdiri dari pembahasan tentang kurban di dalam Alkitab, dan meskipun dia mencantumkan pengamatan yang berharga dalam setiap halaman, banyak dari interpretasinya akan diperdebatkan. Bab tentang kurban Ibrani mencakup beberapa pernyataan yang diajukan tanpa argumen yang memadai, dan dia tidak benar-benar menilai kerumitan teks PL dan keragaman interpretasi alternatif (dia sama sekali tidak mengacu pada tulisan para sarjana Yahudi seperti halnya Milgrom dan Levine). Ada juga kesalahan detail (mis. 30, 'roti biasa' dapat diterjemahkan lehem hattamid (Bil. 4:7) bukan lehem happanim; hlm. 32, 'asham dan bukan chattath, diterjemahkan sebagai kurban penebus salah; hlm. 34, seekor banteng bukan lembu yang dipersembahkan -- perbedaan ini penting dalam sistem keimaman; hal. 58, baca chattath untuk 'asham; kurban penghapus dosa biasanya diterjemahkan chattath daripada chattath).

Akan tetapi, buku itu jelas merupakan interpretasi Kristen tentang kurban, dan inti dari buku ini adalah diskusi tentang kematian Kristus. Penulis sangat yakin bahwa inti sari penebusan adalah konsep kurban (hlm. 56), meskipun ini mengarah pada pernyataan aneh bahwa konsep penebusan dan pembenaran merupakan penafsiran bagi mereka yang tidak memiliki latar belakang kurban. Akan tetapi, konsep-konsep ini memiliki silsilah PL yang sama baiknya dengan kurban, dan tampak jelas bahwa dalam kitab-kitab seperti Roma argumennya terutama berkaitan dengan kebenaran Allah, dan kurban masuk hanya sebagai tema sekunder. Pertanyaan yang lebih dalam adalah apakah kata atau model apa pun dapat diidentifikasikan sebagai realitas pencapaian Kristus. Saya lebih suka mengatakan bahwa Injil kematian dan kebangkitan Kristus melampaui semua istilah, walaupun memang membutuhkan penafsiran yang tepat untuk semuanya.

Masalah serupa muncul dalam pembahasan Pesakh, yang dikhususkan dalam bab terpisah. Keutamaan perayaan ini dalam kisah-kisah sengsara dan di tempat lain dalam PB mengarahkan penulis untuk menyatakan bahwa sangat sedikit hal tersebut dikaitkan dengan kematian kurban Kristus karena hal itu sudah jelas (hal. 68). Namun, adalah satu hal untuk menunjukkan bukti motif Pesakh, dan adalah hal lain untuk mengklaim bahwa Pesakh adalah kunci kepada kesengsaraan, atau bahwa kurban adalah karakteristik utama dari Pesakh. Pesakh, seperti kurban, terkait dengan banyak tema lain, seperti perjanjian, keselamatan, dan ketaatan (seperti yang ditunjukkan Ashby sendiri). Namun, sama sekali tidak jelas bahwa penyebutan salah satu dari ini mengacu pada referensi untuk kurban. Kurban mungkin hanya salah satu istilah yang dengannya signifikansi Kristus dapat diberitakan.

Jelas, bahwa saya akan terus mencari pembahasan definitif tentang kurban di dalam Alkitab. Sementara itu, saya berterima kasih atas banyak poin bagus yang terdapat dalam buku ini tentang tema tersebut. Cara dia menunjukkan asumsi-asumsi yang dipertanyakan, sering kali dengan kecerdasan yang tinggi, akan membuat buku ini layak dibaca. Buku ini mengisi kesenjangan dalam literatur, dan dapat sangat menolong jika dibaca bersamaan dengan hasil studi yang lebih terperinci. (t/Jing-Jing)

Diterjemahkan dari:
Nama situs : The Gospel Coalition
Alamat situs : https://thegospelcoalition.org/themelios/review/sacrifice-its-nature-and-purpose
Judul asli artikel : Sacrifice: Its Nature and Purpose
Penulis artikel : Philip Jenson