Dalam Kristus, Penderitaan Kita Tidak Sia-sia
Tab primer
Yesus menderita bagi kita. Namun, kita dipanggil untuk berpartisipasi dalam penderitaan-Nya. Meskipun Dia secara unik menggenapi nubuatan Yesaya, masih ada aplikasi dari panggilan ini bagi kita. Kita diberi tugas dan hak istimewa untuk berpartisipasi dalam penderitaan Kristus.
[Referensi misterius mengenai ide ini ditemukan dalam tulisan-tulisan rasul Paulus: "Sekarang, aku bersukacita dalam penderitaanku demi kamu karena di dalam dagingku aku melengkapi apa yang kurang dalam penderitaan Kristus, demi tubuh-Nya, yaitu jemaat." (Kol. 1:24, AYT). Dalam ayat tersebut, Paulus menyatakan bahwa ia bersukacita dalam penderitaannya. Tentunya dia tidak bermaksud bahwa dia menikmati rasa sakit dan penderitaan. Sebaliknya, penyebab kegembiraannya ditemukan dalam arti penderitaannya. Dia berkata bahwa dia melengkapi "apa yang kurang pada penderitaan Kristus."]
Di permukaan, penjelasan Paulus sangat mencengangkan. Apa yang mungkin kurang dalam penderitaan Kristus? Apakah Kristus hanya menyelesaikan setengah dari pekerjaan penebusan-Nya, lalu menyerahkannya kepada Paulus untuk menyelesaikannya? Apakah Yesus melebih-lebihkan ketika Dia berseru dari kayu salib, "Sudah selesai"? Apa sebenarnya yang kurang dalam penderitaan Kristus?
Dalam hal nilai penderitaan Yesus, adalah sebuah hujat untuk menyatakan bahwa ada sesuatu yang kurang. Nilai dari kurban penebusan-Nya tidak terbatas. Tidak ada yang bisa ditambahkan pada ketaatan-Nya yang sempurna untuk menjadikannya lebih sempurna. Tidak ada yang bisa lebih sempurna daripada sempurna. Apa yang benar-benar sempurna tidak dapat ditambah.
Nilai penderitaan Yesus cukup untuk menebus setiap dosa yang pernah atau akan dilakukan. Kematian penebusan sekali untuk selamanya tidak perlu diulangi (Ibr. 10:10). Persembahan kurban pada zaman Perjanjian Lama diulangi setiap tahun karena itu adalah bayang-bayang yang tidak sempurna dari kenyataan yang akan datang (Ibr. 10:1).
Bukan kebetulan bahwa Gereja Katolik Roma menggunakan perkataan Paulus dalam Kolose 1:24 ini untuk mendukung konsep perbendaharaan jasa, yang menyatakan bahwa jasa orang-orang kudus seharusnya ditambahkan kepada jasa Kristus untuk menutupi kekurangan orang berdosa. Doktrin ini berada dalam pandangan tornado Reformasi Protestan. Pengurangan nilai kecukupan dan kesempurnaan penderitaan Kristus inilah yang menjadi inti dari protes Martin Luther.
Meskipun kita dengan keras menyangkal interpretasi Katolik Roma atas perikop ini, kita masih memiliki pertanyaan. Jika penderitaan Paulus tidak menambah sesuatu pada apa yang kurang dalam penderitaan Kristus, apa yang ditambahkannya?
Jawaban atas pertanyaan sulit ini terletak pada ajaran yang lebih luas dari Perjanjian Baru sehubungan dengan panggilan orang percaya untuk berpartisipasi dalam penghinaan terhadap Kristus. Baptisan kita menandakan bahwa kita dikuburkan bersama Kristus. Paulus berulang kali menunjukkan bahwa kecuali kita bersedia berpartisipasi dalam penghinaan terhadap Yesus, kita tidak akan berpartisipasi dalam pemuliaan-Nya (lihat 2Tim. 2:11-12).
Paulus bersukacita karena penderitaannya bermanfaat bagi gereja. Gereja dipanggil untuk meniru Kristus dan berjalan di Via Dolorosa. Metafora favorit Paulus bagi Gereja adalah gambaran tubuh manusia. Gereja disebut Tubuh Kristus. Di satu sisi, menyebut Gereja sebagai "inkarnasi yang berlanjut" adalah sesuatu yang tepat karena sebenarnya Gereja adalah tubuh mistik Kristus di bumi.
Kristus begitu menghubungkan Gereja-Nya dengan diri-Nya sehingga ketika Dia pertama kali memanggil Paulus pada jalan menuju Damsyik Dia berkata, "Saulus, Saulus, mengapa kamu menganiaya Aku?" (Kis. 9:4, AYT). Saulus tidak secara harfiah menganiaya Yesus karena Dia sudah naik ke surga. Yesus berada di luar jangkauan permusuhan Saulus saat Saulus sibuk menganiaya orang Kristen. Namun, Yesus merasakan solidaritas yang sedemikian besar dengan Gereja-Nya sehingga Dia menganggap serangan terhadap Tubuh-Nya, Gereja, sebagai serangan pribadi terhadap diri-Nya sendiri.
Gereja bukanlah Kristus. Kristus sempurna; gereja tidak sempurna. Kristus adalah Penebus; gereja adalah persekutuan orang-orang yang ditebus. Namun, gereja adalah milik Kristus. Gereja ditebus oleh Kristus. Gereja adalah mempelai Kristus. Gereja didiami oleh Kristus.
Dalam terang solidaritas ini, gereja berpartisipasi dalam penderitaan Kristus. Akan tetapi, partisipasi ini tidak menambah apa pun pada karya Kristus. Penderitaan orang Kristen mungkin bermanfaat bagi orang lain, tetapi mereka selalu gagal dalam pendamaian. Saya tidak bisa menebus dosa siapa pun, bahkan dosa saya sendiri. Namun, penderitaan saya mungkin sangat bermanfaat bagi orang lain. Penderitaan bisa berfungsi sebagai kesaksian bagi Dia yang penderitaan-Nya merupakan penebusan.
Kata "saksi" dalam Perjanjian Baru adalah "martus" yang menjadi sumber dari kata "martir". Mereka yang menderita dan mati demi Kristus disebut martir karena dengan penderitaan itu, mereka menjadi saksi Kristus.
Apa yang kurang dalam penderitaan Yesus adalah penderitaan terus-menerus yang Allah panggil untuk ditanggung oleh umat-Nya. Tuhan memanggil orang-orang dari setiap generasi untuk menderita. Sekali lagi, penderitaan ini bukan untuk memenuhi kekurangan apa pun dalam karya Kristus, tetapi untuk memenuhi takdir kita sebagai saksi dari Hamba Allah yang Menderita yang sempurna.
Apa arti hal ini secara praktis? Ayah saya menderita serangkaian pendarahan otak yang membuatnya sangat menderita dan akhirnya mengakhiri hidupnya. Saya yakin saat dia menderita dia pasti bertanya kepada Allah, "Mengapa?" Di permukaan, penderitaannya tampak tidak berguna. Tampaknya, rasa sakitnya bukan tanpa alasan.
Saya harus sangat berhati-hati. Saya tidak berpikir bahwa penderitaan ayah saya merupakan pendamaian bagi dosa-dosa saya. Saya juga tidak berpikir saya bisa membaca pikiran Allah sehubungan dengan alasan utama penderitaan ayah saya. Akan tetapi, saya mengetahui satu hal: penderitaan ayah saya berdampak besar pada hidup saya. Melalui kematian ayah saya, saya dibawa kepada Kristus. Saya tidak mengatakan bahwa alasan utama ayah saya dipanggil untuk menderita dan meninggal adalah agar saya bisa menjadi seorang Kristen. Saya tidak tahu tujuan kedaulatan Allah di dalamnya. Namun, saya tahu bahwa Allah menggunakan penderitaan itu demi penebusan saya. Penderitaan ayah saya mendorong saya ke pelukan Juru Selamat yang Menderita.
Kita adalah pengikut Kristus. Kita mengikuti Dia ke Taman Getsemani. Kita mengikuti Dia ke ruang penghakiman. Kita mengikuti Dia di sepanjang Via Dolorosa. Kita mengikuti Dia sampai mati. Namun, Injil juga menyatakan bahwa kita juga akan mengikuti Dia melalui gerbang surga. Karena kita menderita bersama Dia, kita juga akan dibangkitkan bersama Dia. Jika kita direndahkan bersama Dia, kita juga akan ditinggikan bersama Dia.
Karena Kristus, penderitaan kita tidak sia-sia. Itu adalah bagian dari keseluruhan rencana Allah yang telah memilih untuk menebus dunia melalui jalan penderitaan. (t/Yudo)
Diterjemahkan dari: | ||
Nama situs | : | Ligonier |
Alamat situs | : | https://ligonier.org/learn/articles/christ-our-suffering-not-vain |
Judul asli artikel | : | In Christ Our Suffering Is Not in Vain |
Penulis artikel | : | R.C. Sproul |