Penyerahan Diri Yesus Sendiri

Efesus 5:25-27

Sedemikian besar dan ajaib pekerjaan yang harus dilakukan Yesus bagi
orang-orang berdosa, sehingga untuk itu Ia harus memberikan diri-Nya
sendiri. Sedemikian besar dan ajaib kasih Yesus kepada kita, sehingga
Ia benar-benar memberikan diri-Nya sendiri bagi dan kepada kita.
Sedemikian besar dan ajaib penyerahan Yesus itu, sehingga apa yang
diusahakan-Nya itu benar-benar dapat dan sepenuhnya terjadi pada kita.
Karena Yesus, yang suci dan Mahakuasa itulah yang telah menanggung
sendiri semuanya. Ia menyerahkan diri-Nya sendiri bagi kita. Sekarang
yang perlu ialah kita harus mengerti dengan benar dan percaya dengan
sungguh-sungguh akan penyerahan-Nya bagi kita.

Jadi, sampai di manakah Ia menyerahkan diri-Nya sendiri bagi gereja?
Dengarlah apa yang dikatakan Allah. Ia menyerahkan diri supaya dapat
menguduskan gereja itu; supaya gereja itu tidak bercela. Inilah tujuan
Yesus. Sesuai dengan tujuan ini, Ia juga melakukan hal yang sama dalam
jiwa manusia menurut kerelaan orang itu, sehingga hal ini juga dapat
dilaksanakan semaksimal mungkin dan pelaksanaannya disandarkan kepada
penyerahan Yesus sendiri.

Dengarkanlah pula firman Allah: "yang telah menyerahkan diri-Nya bagi
kita untuk membebaskan kita dari segala kejahatan dan untuk
menguduskan bagi diri-Nya suatu umat, kepunyaan-Nya sendiri, yang
rajin berbuat baik." Ya, memang untuk mempersiapkan bagi diri-Nya
sendiri suatu umat yang suci, suatu umat kepunyaan-Nya sendiri, suatu
umat yang rajin berbuat baik, Ia telah memberikan diri-Nya sendiri.
Apabila saya menerima Dia, apabila saya percaya bahwa Ia memberikan
diri-Nya sendiri untuk melakukan hal itu bagi saya, saya pasti akan
mengalaminya. Saya akan disucikan melalui Dia, akan dipegang erat-erat
sebagai milik-Nya, dan akan dipenuhi dengan semangat dan sukacita
untuk bekerja bagi-Nya.

Selanjutnya, perhatikanlah bahwa Ia menyerahkan diri-Nya sendiri
terutama agar Ia memiliki kita sepenuhnya bagi diri-Nya sendiri:
supaya dapat mempersiapkan dan menyucikan kita, suatu umat milik-Nya
sendiri. Semakin saya mengerti dan merenungkan penyerahan diri Yesus
bagi saya, semakin saya menyerahkan diri saya kepada-Nya. Penyerahan
itu merupakan sesuatu yang timbal balik; kasih datang dari kedua belah
pihak. Penyerahan diri-Nya sendiri membuat suatu kesan sedemikian rupa
di dalam hati saya, sehingga dengan kasih dan sukacita yang sama, hati
saya seluruhnya menjadi milik-Nya. Saya tahu bahwa saya memiliki Yesus
seluruhnya, dan Yesus memiliki saya seluruhnya.

Lalu bagaimanakah saya dapat menikmati kesukaan yang sempurna dari
hidup yang penuh berkat itu? Aku "hidup oleh iman dalam Anak Allah
yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku". Dengan
iman, saya membayangkan dan merenungkan penyerahan-Nya kepada saya
sebagai sesuatu yang pasti dan mulia. Dengan iman saya memanfaatkan
hal itu. Dengan iman saya memercayai Yesus untuk meyakinkan saya akan
penyerahan-Nya ini, agar Ia bersekutu dengan saya dan menyatakan
diri-Nya sendiri di dalam saya. Dengan iman dan keyakinan saya
menantikan pengalaman keselamatan yang sempurna, yang dapat terjadi
karena saya memiliki Kristus yang dapat melakukan segala sesuatu bagi
saya. Dengan iman, saya hidup di dalam Yesus yang mengasihi saya dan
yang menyerahkan diri-Nya untuk saya. Dengan demikian saya bisa
mengatakan, "bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang
hidup di dalam aku." Hai orang Kristen, percayalah dengan segenap
hati: Yesus memberikan diri-Nya sendiri bagi Saudara. Ia seluruhnya
menjadi milik Saudara, Ia akan melakukan segala sesuatu untuk Saudara.

Bahan renungan:

1. Karena kasih-Nya yang besar, Allah Bapa menyerahkan Anak-Nya.
Karena kasih Yesus rela menyerahkan diri-Nya sendiri (Yohanes 3:16;
Efesus 5:25). Hal menerima dan memiliki Yesus merupakan pintu memasuki
kehidupan dalam kasih Allah yaitu kehidupan yang tertinggi (Yohanes
14:21, 23; Yohanes 17:23, 26; Efesus 3:17-18). Dengan iman kita harus
berusaha memasuki kasih itu dan tinggal di dalamnya
(1 Yohanes 4:16-18).

2.Sudahkah Saudara sekarang mempelajari segala sesuatu yang diperlukan
untuk memulai setiap hari dengan kepercayaan seorang anak kecil? Hari
ini, saya menerima Yesus menjadi hidup saya; yang melakukan segala
sesuatu bagi saya.

3. Ketahuilah bahwa hal menerima dan memiliki Yesus harus diawali oleh
hubungan pribadi dengan Dia -- kesukaan untuk tinggal di dalam Dia,
bercakap-cakap dengan Dia sebagai seorang teman, bersukacita di dalam
Dia dan kasih-Nya -- hal-hal ini akan membawa kita kepada iman yang
sungguh-sungguh menerima Dia.

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul asli buku: The New Life
Judul buku terjemahan: Membina Iman
Penulis: Andrew Murray
Penerjemah: Eviyanti Agus
Penerbit: Penerbit Kalam Hidup, Bandung 1980
Halaman: 32 -- 34

Renungan ini sudah pernah dipublikasikan di e-Buku edisi 72