Pembuka Jalan bagi Kita dalam Melewati Badai Kematian

Pada abad ke-15, ujung selatan Afrika disebut "Tanjung Badai". Sepanjang tahun 1400-an, lusinan upaya untuk mengitari tanjung itu telah karam di bebatuan sekitarnya. Ribuan nyawa telah hilang, semuanya berusaha mencapai "tanah perjanjian" India melalui laut. Dengan daya tarik rempah-rempah dari Timur, banyak ekspedisi diluncurkan, tetapi semuanya ditelan oleh badai. Tanjung itu tampaknya merupakan penghalang mustahil yang tidak bisa dilintasi siapa pun.

Begitulah, sampai Vasco de Gama, penjelajah Portugis, mencoba melintasinya.

Pada Juli 1497, de Gama memimpin armada yang terdiri dari empat kapal dari Lisbon; menjelang Natal dia telah berlayar melewati badai dan berhasil melintasinya. Dia memelopori jalur perdagangan ke India dan kembali dengan rempah-rempah sehingga membuat dirinya dan seluruh kerajaannya kaya raya. Jarak yang ditempuh dari Portugal ke India dan kembali lagi itu lebih jauh daripada perjalanan keliling dunia. Pada zamannya, itu merupakan jalur pelayaran terpanjang yang pernah dilakukan tanpa melihat daratan. Perjalanan itu dianggap mustahil. Namun begitu pelayarannya selesai, de Gama mengganti nama tanjung yang sebelumnya selalu menggagalkan para penjelajah. Dia menyebutnya "Tanjung Pengharapan yang Baik".

Paskah itu seperti versi kosmis dari petualangan de Gama. Ini tentang seorang pria yang bertahan dalam badai untuk membuka pengharapan bagi kita semua.

Bukan Sekadar Pengganti

Tidak hanya "mencelupkan jari kaki-Nya" dalam kematian, Yesus terjun ke neraka pada hari Jumat Agung.
  1. Facebook
  2. Twitter
  3. WhatsApp
  4. Telegram

Orang Kristen berpegang teguh pada kebenaran tak ternilai bahwa Yesus mati untuk kita. Dia adalah pengganti kita, menanggung hukuman atas dosa-dosa yang pantas kita terima. Tetapi kita salah memahami kebenaran ini jika kita membayangkan Yesus mati di sana supaya saya bisa diberkati di sini. Alkitab mengatakan, berulang kali, bahwa kita mati "di dalam Dia." Yesus membawa kita kepada diri-Nya sendiri dan membawa kita melalui kematian dan penghakiman ke dalam kebangkitan-Nya. Dia adalah Pembuka Jalan bagi kita.

Itulah ungkapan yang digunakan dalam Ibrani 2: Yesus adalah "Pembuka jalan" keselamatan kita. Dia "membawa [kita] kepada kemuliaan" dengan masuk ke dalam badai penghakiman yang jika tidak demikian akan menelan kita seluruhnya. "yaitu Yesus, kita lihat, yang oleh karena penderitaan maut, dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat, supaya oleh kasih karunia Allah Ia mengalami maut bagi semua manusia" (Ibr. 2:9, AYT).

Yesus membawa kita kepada diri-Nya sendiri dan melewati badai sebagai satu-satunya Orang yang mampu bertahan dari badai itu. Dia kemudian tiba di "tanah perjanjian" -- kemuliaan, kehidupan kebangkitan. Paskah berarti Yesus membawa kita melewati bahaya yang mematikan dan menuju pengharapan yang baik.

Kadang-kadang orang berbicara negatif tentang pengorbanan Yesus, bertanya-tanya bagaimana kematian-Nya dianggap lebih dari sekadar "akhir pekan yang buruk" bagi Anak Allah. Bagaimana mungkin kematian-Nya dapat dianggap sebagai pengganti bagi mereka yang tanpanya akan menanggung kekekalan di neraka? Menurut mereka, tentunya Yesus hanya mencelupkan jari kaki-Nya ke dalam kematian dan penghakiman.

Akan tetapi, itu adalah cara yang salah dalam memahami kematian dan juga Yesus.

Kematian adalah sebuah dunia. Kematian adalah lubang di mana kita telah diasingkan ketika kita memberontak melawan Allah. Kita semua telah berpaling dari Allah sumber kehidupan, terang, dan kasih. Oleh karena itu, memang sudah sepatutnya dan dapat dimaklumi jika kita mengalami kepada kematian, kegelapan, dan keterpisahan. Keterpisahan inilah yang Alkitab gambarkan sebagai neraka -- kegelapan karena keterasingan kita dari Allah dan segala kebaikan-Nya. Setidaknya ada neraka -- keterpisahan -- yang juga telah kita rasakan saat ini, setidaknya sebagian. Tetapi tragedi sebenarnya adalah bahwa keterpisahan hubungan ini, jika dibiarkan tidak pulih, akan berlanjut dan memburuk melampaui kematian fisik kita. Kengerian kematian yang sebenarnya bukanlah berhentinya detak jantung kita. Kematian adalah "Tanjung Badai" terakhir kita, jebakan mematikan di mana tidak ada yang dapat keluar dari situ.

Dan Kemudian Paskah

Gambar: Pioneer

Pada Paskah, Pembuka jalan kita yang hebat melangkah maju untuk mengarungi badai. Dia tidak hanya mengunjungi alam kematian. Di kayu salib, Dia memasuki kematian lebih dalam daripada yang pernah atau bisa dilakukan siapa pun. Semua orang adalah seperti para pelaut yang karam itu, ditelan badai. Faktanya, para penjelajah itu tidak pernah mengalami keseluruhan badai. Mereka telah binasa pada serangan pertama. Tak satu pun dari mereka yang tahu kekuatan macam apa yang dihadapi de Gama dan armadanya. Hanya pembuka jalan yang benar-benar bisa berkata bahwa ia mengetahui seluruh amukan Tanjung Badai.

Demikian pula dengan Yesus. Tidak hanya "mencelupkan jari kaki-Nya" dalam kematian, Yesus terjun ke neraka pada hari Jumat Agung. Dia mengalami penghakiman Allah lebih dari yang pernah dialami orang lain. Bahkan setan sendiri tidak akan mengetahui kedalaman neraka seperti yang Yesus alami di kayu salib itu.

Winston Churchill pernah berkata, "Saat Anda melewati neraka, teruslah berjalan." Churchill berbicara secara metaforis; Kristus melakukannya secara nyata. Dia adalah satu-satunya yang bisa menerobos neraka dan muncul di sisi lain. Akan tetapi, ketika Dia melakukan ini pada hari Minggu Paskah, Dia mengungkapkan kepada kita kemuliaan dunia baru, tanah rempah-rempah, negeri nun jauh yang kita rindukan.

Setiap adegan penutup dalam Injil membangkitkan kerinduan kita akan masa depan yang telah dirintis Yesus. Setiap adegan itu memang dimaksudkan demikian. Bagaimanapun juga, Yesus adalah "buah sulung" dari janji panen raya pada saat kebangkitan (1Kor. 15:20). Jadi, saat kita melihat Yesus berjalan di pedesaan bersama sahabat-Nya, berbicara sampai larut malam tentang misteri kehidupan yang terdalam, pergi memancing bersama sahabat-Nya, menikmati barbeku di pantai, membawa kedamaian, sukacita, penebusan, kesembuhan, dan reuni yang penuh air mata, maka kita sedang melihat takdir kita sendiri.

Ini adalah masa depan, dan Dia membawa kita ke kemuliaan ini sebagai Pembuka jalan bagi kita. (t/Jing-Jing)

Diterjemahkan dari:
Nama situs : The Gospel Coalition
Alamat situs : https://thegospelcoalition.org/article/pioneer-storms-death
Judul asli artikel : Our Pioneer through the Storms of Death
Penulis artikel : Glen Scrivener