Apa Lagi Selanjutnya? Kehidupan setelah Paskah

Kemarin, saya berdiri dalam antrean untuk masuk ke gereja.

Bukan hanya saya, tetapi ratusan orang lainnya menunggu untuk masuk ke gereja dan merayakan kebangkitan Yesus. Tak perlu dikatakan, ibadah ini sangat berharga. Melihat ratusan keluarga dalam kumpulan besar yang terkoordinasi dengan sempurna membuat hati saya melompat kegirangan. Ibadah itu fenomenal dan pesannya cukup untuk membuat siapa pun mengenali pengharapan tentang siapa Allah itu.

Selama di sana, saya sepenuhnya sadar bahwa itu bisa terjadi karena ... yah ... itu adalah Paskah.

Meskipun ini mungkin membuat beberapa orang frustrasi, hati saya senang dengan gagasan bahwa seseorang dapat mendengar pesan yang akan merevolusi hidup mereka. Benar saja, pada akhir kebaktian, lebih dari 50 orang berdiri untuk mengatakan bahwa mereka menerima Yesus ke dalam hati mereka! Dan, betapa menggembirakannya itu!!

Gambar: setelah Paskah

Mereka datang ke gereja yang berbeda tradisi, tetapi bertemu dengan pengharapan dan kasih Allah.

Oh ya ... itu sepadan dengan menunggu!

Akan tetapi, saya tidak bisa tidak bertanya-tanya ... sekarang apa?

Apa selanjutnya bagi mereka yang mendengar pesan tentang batu yang digulingkan? Apa selanjutnya bagi mereka yang mengantre untuk mendengar tentang Yesus? Terlebih lagi, apa yang selanjutnya dilakukan para murid ketika mereka menyadari bahwa Yesus telah bangkit seperti yang Dia katakan?

Apa yang kita lakukan SEKARANG?

Apa yang menjadi tanggapan setelah mengikuti peristiwa yang begitu intens?

Jangan Berhenti pada Kebangkitan

Sebenarnya, beberapa orang akan mendengar pesan itu dan melanjutkan pekerjaan seperti biasa. Mereka akan melupakan pesannya, mengunggah foto Minggu pagi mereka, dan mengalami sedikit perubahan hati.

Orang-orang yang lain akan melakukan sesuatu tentang hal itu. Orang-orang yang lain akan berdiri dan berkata, "Saya tidak menginginkan Yesus ini untuk diri saya sendiri, saya harus memberi tahu SESEORANG!"

Saya telah melihat bahwa banyak orang Kristen merasa nyaman untuk berhenti pada kebangkitan. Lebih mudah untuk mengakhiri Injil dengan cara yang menyenangkan. Namun, mereka mengabaikan perintah Yesus yang terakhir.

"Karena itu, pergilah dan muridkanlah semua bangsa, baptiskanlah mereka dalam nama Bapa, dan Anak, dan Roh Kudus, ajarkanlah mereka untuk menaati semua yang telah Aku perintahkan kepadamu; dan lihat, Aku selalu bersamamu, bahkan sampai kepada akhir zaman" (Matius 28:19-20, AYT).

Dengan kata lain, PERGI BERITAKANLAH kepada semua orang yang Anda kenal dan yang akan Anda temui tentang apa yang Anda lihat di sini. Ajari mereka apa yang telah Anda pelajari dan percayalah bahwa Yesus akan menyertai Anda. Namun, banyak dari kita tidak pernah melakukannya. Yang benar adalah, Kekristenan telah menjadi begitu terkait dengan kemunafikan dan kebencian, banyak yang memilih untuk menyimpannya bagi diri mereka sendiri. Mereka takut dilihat sebagai "fanatik" atau "lebih suci dari pada orang Kristen lain."

Orang-orang Kristen telah memilih untuk menjadi orang kikir yang tidak menceritakan tentang Yesus.

Akan tetapi, ini bukanlah tanggapan para murid ketika mereka mendengar berita itu dan melihat Yesus dalam keadaan kebangkitan-Nya. Tanggapan mereka adalah kegembiraan. Mereka sedang dalam misi untuk melakukan sesuatu! Dan, coba tebak ... mereka tidak harus sempurna untuk melakukannya. Petrus, orang yang mengkhianati Yesus tiga kali, akan menjadi orang yang pertama melakukannya. Dia menganggap serius hal membagikan Injil itu dan sedang dalam misi untuk memberi tahu sebanyak mungkin orang.

"Orang-orang yang menerima perkataan Petrus dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka ditambahkan sekitar tiga ribu jiwa" (Kisah Para Rasul 2:41, AYT).

3.000! Ini sebelum ada media sosial, pesan teks, kendaraan, dan telepon. Apakah ini berarti kita harus berdiri di jalanan dan berkhotbah kepada ribuan orang? Jika Allah memanggil Anda, tentu saja! Akan tetapi, dalam arti praktis, itu berarti kita harus memiliki kesungguhan untuk menceritakan tentang Yesus. Kita harus ingat mereka yang mendorong kita untuk sampai di tempat kita sekarang. Bagaimana jika kita adalah wadah harapan bagi orang lain?

Pilih Respons yang Akan Membebaskan Orang Lain

Bagaimana jika Kita Memikirkan Ulang Paskah?

Bagaimana jika kita melihatnya sebagai kebangkitan setiap tahun untuk memberi tahu dunia tentang Juru Selamat kita?

Bagaimana jika kita menunjukkan kasih yang tak berkesudahan dan menjalani kehidupan yang membuat orang ingin tahu "apa yang berbeda dari mereka"?

Ini adalah respons yang akan membebaskan banyak orang. Ketika kita memilih untuk melihat melampaui apa yang orang lain pikirkan dan rasa tidak aman diri kita sendiri, kita dapat menurunkan kewaspadaan kita untuk menceritakan tentang Yesus. Saya telah mengalami bahwa itu bukan beban tetapi suatu kehormatan. Kabar baiknya adalah Anda dapat melakukan ini melalui kepribadian dan bakat Anda. Anda tidak diharuskan untuk menjadi persis seperti orang lain.

Kasihilah baik-baik. Hiduplah secara autentik. Bagikan pesan dengan kesungguhan.
  1. Facebook
  2. Twitter
  3. WhatsApp
  4. Telegram

Jika Anda seorang pembuat roti, layani pelanggan Anda dengan baik dan buat tambahan bagi mereka yang tidak mampu.

Jika Anda seorang guru, doakan murid-murid Anda setiap malam.

Jika Anda seorang pengacara, berbicaralah dengan kebenaran dan kasih.

Jika Anda seorang ibu, bagikan pesan Allah kepada anak-anak Anda.

Jika Anda pernah mengalami pencobaan, bagikan kesaksian Anda tentang bagaimana Allah memulihkan Anda.

Carilah setiap kesempatan untuk menjadi berkat bagi orang lain dan berdoa bagi mereka. Lagi pula, Anda tidak pernah tahu siapa yang akan berada di surga karena Anda benar-benar menjalankan Amanat Agung.

Kasihilah baik-baik. Hiduplah secara autentik. Bagikan pesan dengan kesungguhan.

Dia berkata kepada mereka, "Pergilah ke seluruh dunia dan beritakanlah Injil kepada semua ciptaan" (Markus 16:15, AYT). (t/Jing-Jing)

Download Audio

Diterjemahkan dari:
Nama situs : iBelieve
Alamat situs : https://ibelieve.com/holidays/now-what-life-after-easter.html
Judul asli artikel : Now What? Life after Easter
Penulis artikel : Victoria Riollano