Yohanes 3:16

Gambar: Dietrich_Boenhoeffer__Keselamatan_itu_gratis

Pada suatu malam bersalju yang dingin dan gelap di Chicago, seorang bocah laki-laki sedang menjual koran di pojok jalan, orang-orang berlalu lalang dalam dinginnya malam itu. Bocah laki-laki itu sangat kedinginan sampai-sampai ia tidak bersemangat menjual dagangannya.

Ia berjalan menghampiri seorang polisi dan berkata, "Pak, apakah Anda tahu sebuah tempat di mana seorang bocah miskin dapat tidur malam ini? Anda tahu? Saya tidur dalam sebuah peti kayu di ujung jalan menuju lorong kecil itu, dan di sana sangat dingin malam ini. Pasti akan sangat nyaman jika saya dapat tidur di tempat yang hangat." Polisi itu menatap bocah laki-laki itu dan berkata, "Susuri jalan ini menuju rumah besar bercat putih itu dan ketuklah pintunya. Saat mereka membuka pintu, katakan saja `Yohanes 3:16`, dan mereka akan mengizinkanmu masuk dalam rumah."

Saya tidak memahami besarnya kasih Yesus padaku yang tetap membuat Yesus bertahan di kayu salib sampai pada kesudahannya.
  1. Facebook
  2. Twitter
  3. WhatsApp
  4. Telegram

Demikianlah ia melakukannya. Ia menaiki tangga, mengetuk pintu rumah tersebut, dan dibukanyalah pintu rumah itu oleh seorang wanita
. Bocah itu menengadah dan berkata, "Yohanes 3:16." Kemudian kata wanita itu, "Masuklah, Nak." Wanita itu membawanya masuk dan mendudukkannya di sebuah kursi goyang di depan sebuah perapian kuno yang besar, dan kemudian ia berlalu. Bocah itu duduk di kursi goyang itu selama beberapa waktu sambil berkata dalam hati: "Yohanes 3:16 .... Aku tidak paham, tapi jelas hal itu telah menghangatkan seorang bocah yang kedinginan."

Kemudian wanita itu kembali dan bertanya, "Apa kamu lapar?" Jawabnya, "Yah, tidak terlalu. Saya belum makan selama beberapa hari, dan rasanya sedikit makanan saja sudah cukup untukku." Wanita itu membawanya ke dapur dan menyuruhnya duduk di depan sebuah meja yang penuh dengan makanan enak. Ia makan dan makan sampai-sampai ia kekenyangan. Lalu ia berkata dalam hatinya: "Yohanes 3:16 .... Wah, aku benar-benar tidak paham, tapi jelas hal itu telah mengenyangkan seorang bocah yang kelaparan."

Wanita itu membawanya ke loteng menuju sebuah kamar mandi dengan bak mandi besar yang penuh dengan air hangat, dan bocah itu pun berendam di bak mandi itu selama beberapa saat. Saat ia berendam, ia berkata dalam hatinya: "Yohanes 3:16 .... Wow, Aku jelas tidak mengerti, tapi kata-kata itu jelas telah membuat seorang bocah yang kotor menjadi bersih. Aku tidak pernah mandi -- benar-benar mandi -- seumur hidupku. Aku mandi hanya sekali saat dulu berdiri di depan sebuah pipa air besar kuno yang menyemburkan air."

Wanita itu masuk dan kemudian membawanya keluar menuju sebuah ruangan, lalu menidurkannya di atas sebuah kasur kuno besar yang terbuat dari kulit, menyelimutinya hingga sebatas leher, menciumnya sambil berucap selamat malam, dan mematikan lampu kamar. Saat bocah itu terbaring dalam gelap dan melihat salju yang turun di malam gelap itu melalui jendela, ia berkata dalam hatinya: "Yohanes 3:16 .... Aku sungguh tidak memahaminya, tapi jelas kata-kata itu telah membuat seorang bocah yang kelelahan dapat beristirahat."

Keesokan harinya, wanita tadi masuk ke kamar dan kemudian membawanya turun menuju ke meja besar yang penuh dengan makanan. Setelah bocah itu makan, wanita itu kembali membawanya ke kursi goyang di depan sebuah perapian besar dan mengambil sebuah Alkitab kuno yang besar. Wanita itu duduk di depannya dan menatap wajah muda bocah laki-laki itu.

"Apakah kamu memahami arti kata-kata Yohanes 3:16?" tanyanya lembut.

Bocah itu menjawab, "Tidak, Bu. Saya tidak paham. Saya baru pertama kali mendengarnya saat seorang polisi mengatakannya." Wanita itu membuka Alkitab pada Yohanes 3:16 dan mulai menjelaskan padanya soal Yesus. Di situ, di depan perapian kuno yang besar itu, bocah laki-laki itu menyerahkan hati dan hidupnya pada Yesus. Ia duduk di sana dan berpikir: "Yohanes 3:16 .... Aku tidak memahaminya, tapi jelas hal ini telah menyelamatkan seorang bocah yang tersesat."

Anda tahu, saya harus mengaku bahwa saya pun juga tidak memahaminya, bagaimana Tuhan bersedia mengirimkan anak-Nya untuk mati demi saya, dan bagaimana Yesus mau melakukan pengorbanan seperti itu. Saya tidak mengerti penderitaan Bapa dan setiap malaikat di surga saat mereka melihat Yesus menderita dan mati. Saya tidak memahami besarnya kasih Yesus padaku yang tetap membuat Yesus bertahan di kayu salib sampai pada kesudahannya.

Saya tidak memahami semuanya itu, tapi semuanya itu jelas membuat hidup ini layak untuk dijalani.

Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. (Yohanes 3:16)