Mengapa Kebangkitan Begitu Penting?

Pada akhir 1990-an, sekelompok cendekiawan berkumpul untuk mengevaluasi apakah Yesus benar-benar mengatakan hal-hal yang dikaitkan dengan-Nya oleh para penulis Kitab Injil. Meskipun mereka menggunakan kriteria yang sangat subjektif dalam penilaian mereka terhadap Kitab Suci, para anggota "Jesus Seminar" yang ditunjuk sendiri secara luas dikutip oleh media sebagai otoritas iman Kristen. (Catatan: Jesus Seminar adalah sebuah kelompok Amerika yang terdiri dari sekitar 50 sarjana Alkitab dan 100 orang awam yang dibentuk pada 1985 oleh Robert Funk di bawah naungan Westar Institute. Meskipun tidak pernah secara resmi dibubarkan, kelompok tersebut sudah tidak efektif berfungsi sejak 2006 - Red.)

Marcus Borg, seorang pemimpin Jesus Seminar, mengatakan ini tentang kebangkitan Kristus: "Sebagai seorang anak, saya menerima begitu saja bahwa Paskah berarti bahwa Yesus secara harfiah bangkit dari kematian. Sekarang saya melihat Paskah dengan sangat berbeda. Bagi saya, tidak penting apakah makam itu kosong atau tidak. Apakah Paskah melibatkan sesuatu yang luar biasa terjadi pada tubuh fisik Yesus tidaklah relevan."[1]

Gambar: Yesus bangkit

Sebagai seorang anak, Borg benar. Sebagai orang dewasa -- meskipun dianggap sebagai juru bicara Kekristenan -- dia sangat salah. Apa yang disebut Borg tidak relevan -- kebangkitan fisik tubuh Kristus -- oleh Rasul Paulus dianggap mutlak penting bagi iman Kristen. Paulus menulis kepada jemaat di Korintus, "Dan, jika Kristus tidak dibangkitkan, sia-sialah imanmu, dan kamu masih berada dalam dosa-dosamu... [dan] kita adalah orang-orang yang paling malang dari semua manusia" (1 Korintus 15:17-19, AYT).

Kebangkitan fisik Yesus Kristus adalah batu penjuru penebusan -- baik bagi umat manusia maupun bagi bumi. Sesungguhnya, tanpa kebangkitan Kristus dan makna yang dibawanya -- masa depan kekal bagi umat manusia yang dipulihkan sepenuhnya yang tinggal di Bumi yang dipulihkan sepenuhnya -- tidak ada Kekristenan.

Kebangkitan itu Bersifat Fisik

Pengakuan iman Kristen yang pokok menyatakan, "Aku percaya pada kebangkitan tubuh." Akan tetapi, saya telah menemukan dalam banyak percakapan bahwa orang Kristen cenderung menganggap rohani kebangkitan orang mati, yang dengan jelas menolaknya.† Mereka tidak menolaknya sebagai sebuah doktrin, tetapi mereka menolak arti esensialnya: kembali kepada keberadaan fisik secara permanen dalam dunia fisik.

Dari antara orang-orang Amerika yang percaya pada kebangkitan orang mati, dua pertiga percaya bahwa mereka tidak akan memiliki tubuh setelah kebangkitan.[2] Namun, ini bertentangan dengan kebangkitan itu sendiri. Kebangkitan non-fisik adalah seperti matahari terbit tanpa matahari. Tidak ada hal seperti itu. Kebangkitan berarti bahwa kita akan memiliki tubuh. Jika kita tidak memiliki tubuh, kita tidak akan dibangkitkan!

Doktrin alkitabiah tentang kebangkitan orang mati dimulai dengan tubuh manusia, tetapi jauh lebih daripada itu. R. A. Torrey menulis, "Kita tidak akan menjadi roh tanpa tubuh di dunia yang akan datang, tetapi roh yang ditebus, dalam tubuh yang ditebus, di alam semesta yang ditebus."[3] Jika kita tidak memahami kebangkitan tubuh dengan benar, kita tidak akan memahami yang lain-lainnya dengan benar. Oleh karena itu, penting bahwa kita tidak hanya menegaskan kebangkitan orang mati sebagai pokok doktrin, tetapi kita memahami makna kebangkitan yang kita akui.

Kejadian 2:7 (AYT) mengatakan, "TUHAN Allah membentuk manusia dari debu tanah dan mengembuskan napas kehidupan ke dalam lubang hidungnya sehingga manusia itu menjadi makhluk yang hidup." Kata Ibrani untuk "makhluk hidup" adalah nephesh, sering diterjemahkan sebagai "jiwa." Titik di mana Adam menjadi nephesh adalah ketika Allah menyatukan tubuh (debu) dan rohnya (napas). Adam bukanlah manusia yang hidup sampai dia memiliki komponen material (fisik) dan immaterial (rohani). Dengan demikian, esensi kemanusiaan bukan hanya roh, tetapi roh yang bergabung dengan tubuh. Tubuh Anda tidak hanya menampung Anda yang sebenarnya -- itu adalah bagian dari siapa Anda seperti halnya roh Anda.

Jika gagasan ini tampak salah menurut kita, itu karena kita telah sangat dipengaruhi oleh Kristoplatonisme.†† Dari perspektif kristoplatonik, jiwa kita hanya menempati tubuh kita, seperti kelomang yang menghuni kulit kerang, dan jiwa kita secara alami -- atau bahkan idealnya -- hidup dalam keadaan tanpa tubuh.

Bukan kebetulan bahwa pembelaan rinci Rasul Paulus tentang kebangkitan fisik orang mati ditulis kepada jemaat di Korintus. Lebih dari orang Kristen Perjanjian Baru lainnya, orang percaya di Korintus tenggelam dalam filosofi Yunani Platonisme dan dualisme, yang merasakan dikotomi antara rohani dan fisik. Namun, pandangan alkitabiah tentang sifat manusia sangat berbeda. Kitab Suci menunjukkan bahwa Allah merancang tubuh kita untuk menjadi bagian integral dari keberadaan kita secara keseluruhan. Tubuh fisik kita adalah aspek penting dari siapa kita, bukan hanya cangkang untuk dihuni oleh roh kita.

Kematian adalah kondisi abnormal karena merusak apa yang Allah ciptakan dan gabungkan. Allah menghendaki agar tubuh kita bertahan selama jiwa kita. Mereka yang percaya pada Platonisme atau pada roh yang sudah ada sebelumnya melihat jiwa tanpa tubuh sebagai sesuatu yang alami dan bahkan diinginkan. Alkitab melihatnya sebagai hal yang tidak wajar dan tidak diinginkan. Kita adalah makhluk gabungan (tubuh dan roh). Itulah mengapa kebangkitan tubuh orang mati sangat penting. Dan, itulah mengapa Ayub bersukacita bahwa dalam dagingnya dia akan melihat Allah (Ayub 19:26).

Ketika Allah mengutus Yesus untuk mati, itu untuk tubuh kita dan juga roh kita. Dia datang untuk menebus bukan hanya "napas kehidupan" (roh) tetapi juga "debu tanah" (tubuh). Ketika kita mati, bukanlah diri kita yang sebenarnya pergi ke Surga peralihan dan diri kita yang palsu pergi ke kuburan; melainkan bagian dari kita pergi ke surga peralihan dan sebagian pergi ke kuburan untuk menunggu kebangkitan tubuh kita. Kita tidak akan pernah menjadi seperti yang Allah maksudkan bagi kita sampai tubuh dan roh bersatu kembali dalam kebangkitan. (Jika kita memang memiliki bentuk fisik dalam keadaan peralihan, jelas itu tidak akan menjadi tubuh kita yang awal atau terakhir.)

Pandangan apa pun tentang kehidupan setelah kematian yang mengakui tidak adanya kebangkitan tubuh -- termasuk Kristoplatonisme, reinkarnasi, dan perpindahan jiwa -- adalah jelas bukan Kristen. Gereja mula-mula mengobarkan perang doktrinal besar melawan Gnostisisme dan Manikheisme, pandangan dunia dualistis yang menghubungkan Allah dengan alam rohani terang dan Setan dengan dunia fisik kegelapan. Ajaran sesat ini bertentangan dengan catatan alkitabiah yang mengatakan bahwa Allah senang dengan seluruh alam fisik, yang semuanya diciptakan dan disebut "sangat baik" (Kejadian 1:31). Kebenaran kebangkitan Kristus menolak filosofi Gnostisisme dan Manikheisme. Namun demikian, dua ribu tahun kemudian, ajaran sesat yang gigih ini telah berhasil mengambil alih teologi modern kita tentang Surga.

Pemikiran kita yang salah tentang kebangkitan tubuh berasal dari kegagalan kita untuk memahami lingkungan di mana orang-orang yang dibangkitkan akan hidup -- Bumi Baru. Anthony Hoekema benar: "Tubuh yang dibangkitkan tidak dimaksudkan hanya untuk mengapung di angkasa, atau melayang dari awan ke awan. Mereka memerlukan bumi baru untuk hidup dan bekerja, memuliakan Allah. Doktrin kebangkitan tubuh, pada kenyataannya, tidak masuk akal jika dilepaskan dari doktrin bumi baru."[4]

Kesinambungan Sangatlah Penting

Paulus berkata bahwa jika Kristus tidak bangkit dari kematian, kita masih berada dalam dosa (1 Korintus 15:17) -- artinya kita akan menuju ke Neraka, bukan Surga.

Paulus tidak hanya mengatakan bahwa jika tidak ada Surga, maka kehidupan Kristen adalah sia-sia. Dia mengatakan bahwa jika tidak ada kebangkitan orang mati, maka harapan kekristenan adalah ilusi, dan kita harus dikasihani karena menempatkan iman kita di dalam Kristus. Paulus tidak tertarik pada Surga yang hanya untuk roh manusia. Pada dasarnya, tidak ada Surga untuk roh manusia kecuali Surga juga untuk tubuh manusia.

Pemikiran yang penuh angan-angan bukanlah alasan mengapa, jauh di lubuk hati kita, kita menginginkan kehidupan yang dibangkitkan di Bumi yang dibangkitkan alih-alih keberadaan tanpa tubuh di alam rohani. Sebaliknya, justru karena Allah menghendaki agar kita dibangkitkan ke kehidupan baru di Bumi Baru, maka kita menginginkannya. Allahlah yang menciptakan kita untuk menginginkan untuk apa kita diciptakan. Allahlah yang "menempatkan kekekalan dalam hati manusia" (Pengkhotbah 3:11). Allahlah yang merancang kita untuk hidup di Bumi dan menginginkan kehidupan duniawi. Dan, kebangkitan tubuh kitalah yang akan memungkinkan kita untuk kembali ke kehidupan duniawi -- kali ini terbebas dari dosa dan Kutukan.

Itu ide Allah, bukan ide kita. Keinginan kita hanya sesuai dengan maksud Allah, karena Dia menanamkan maksud-Nya ke dalam diri kita dalam bentuk keinginan kita.

"Jadi, siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru. Hal-hal yang lama sudah berlalu, lihatlah, hal-hal yang baru sudah datang!" (2 Korintus 5:17, AYT). Menjadi ciptaan baru terdengar seolah-olah melibatkan perubahan radikal, dan memang demikian. Akan tetapi, meskipun kita menjadi orang baru ketika kita datang kepada Kristus, kita masih tetap menjadi orang yang sama.

Ketika saya datang kepada Kristus sebagai siswa sekolah menengah, saya menjadi orang baru, tetapi saya masih orang yang sama seperti dahulu. Ibu saya melihat banyak perubahan, tetapi dia masih mengenali saya. Dia masih berkata, "Selamat pagi, Randy," bukan "Siapa kamu?" Saya masih Randy Alcorn, meskipun Randy Alcorn yang berubah secara substansial. Randy yang sama ini akan mengalami perubahan lain pada saat kematian, dan perubahan lain pada kebangkitan orang mati. Akan tetapi, melalui semua perubahan saya akan tetap menjadi siapa saya dahulu dan siapa saya sekarang. Akan ada kesinambungan dari kehidupan ini ke kehidupan berikutnya. Saya akan dapat berkata dengan Ayub, "Dalam dagingku, aku akan melihat Allah, yang akan aku lihat sendiri, dengan mataku sendiri, bukan yang lain" (Ayub 19:26-27, AYT).

Pertobatan tidak berarti menghilangkan yang lama, tetapi mengubahnya. Terlepas dari perubahan radikal yang terjadi melalui keselamatan, kematian, dan kebangkitan, kita tetap menjadi diri kita sendiri. Kita memiliki sejarah, penampilan, ingatan, minat, dan keterampilan yang sama. Ini adalah prinsip kesinambungan penebusan. Allah tidak akan menghapus ciptaan asli-Nya dan memulai dari awal. Sebaliknya, Dia akan mengambil anak-anak-Nya yang jatuh dan rusak lalu memulihkan, menyegarkan, dan memperbarui kita ke rancangan asli kita.

Teolog Herman Bavinck, yang menulis pada awal abad kedua puluh, berpendapat bahwa ada kesinambungan paralel antara Bumi lama dan Bumi Baru: "Kehormatan Allah justru terletak pada kenyataan bahwa Dia menebus dan memperbarui umat manusia yang sama, dunia yang sama, Surga yang sama, dan bumi yang sama yang telah rusak dan tercemar oleh dosa. Sama seperti setiap orang di dalam Kristus adalah ciptaan baru, yang di dalamnya yang lama sudah berlalu dan segala sesuatu menjadi baru (2 Korintus 5:17), demikian pula bumi ini akan berlalu dalam bentuknya yang sekarang, sejak dari kandungannya, atas kuasa firman Allah, untuk melahirkan dan menjadi bumi yang baru."[5]

Bumi Baru akan tetap menjadi Bumi, tetapi Bumi yang telah berubah. Itu akan diubah dan dibangkitkan, tetapi itu akan tetap menjadi Bumi dan dapat dikenali seperti itu. Sama seperti mereka yang dilahirkan kembali melalui keselamatan mempertahankan kesinambungan dengan keberadaan mereka sebelumnya, demikian pula bumi akan dilahirkan kembali dalam kesinambungan dengan bumi yang lama (Matius 19:28). Faktanya, tulis Bavinck, "kelahiran kembali manusia diselesaikan dalam kelahiran kembali ciptaan. Kerajaan Allah terwujud sepenuhnya hanya jika kerajaan itu terlihat juga meluas di atas bumi."[6]

Jika kita tidak memahami kesinambungan penebusan, kita tidak dapat memahami sifat kebangkitan kita. "Harus ada kesinambungan," tulis Anthony Hoekema, "karena jika tidak, tidak ada gunanya berbicara tentang kebangkitan sama sekali. Pemanggilan sekelompok orang yang sama sekali baru yang sama sekali berbeda dari penghuni bumi saat ini bukanlah kebangkitan."[7]

Kesinambungan terbukti dalam bagian-bagian yang membahas kebangkitan, termasuk 1 Korintus 15:53: "Sebab, yang dapat binasa ini harus mengenakan yang tidak dapat binasa. Dan, yang dapat mati ini, harus mengenakan yang tidak dapat mati." Inilah (yang dapat binasa dan yang dapat mati) yang mengenakan itu (yang tidak dapat binasa dan tidak dapat mati). Demikian pula, kita, orang yang sama yang berjalan di bumi ini, yang akan berjalan di Bumi Baru. "Demikianlah kita akan selalu bersama Tuhan selama-lamanya" (1 Tesalonika 4:17, penekanan ditambahkan).

Dengan menunjukkan bahwa Allah berkata bahwa Dia bukanlah Allah para leluhur, Kristus berkata kepada mereka yang menyangkal kebangkitan orang mati, "Ia bukan Allah orang mati, melainkan Allah orang yang hidup" (Matius 22:32, AYT).

Sifat Tubuh Baru Kita

Kubur yang kosong adalah bukti mutlak bahwa tubuh kebangkitan Kristus adalah tubuh yang sama yang mati di kayu salib. Jika kebangkitan berarti penciptaan tubuh baru, tubuh asli Kristus akan tetap berada di dalam kubur. Ketika Yesus berkata kepada murid-murid-Nya setelah kebangkitan-Nya, "Aku sendiri", Ia sedang menekankan kepada mereka bahwa Ia adalah pribadi yang sama -- dalam roh dan tubuh -- yang telah disalibkan (Lukas 24:39). Murid-murid-Nya melihat tanda-tanda penyaliban-Nya, bukti yang tidak salah lagi bahwa ini adalah tubuh yang sama.

Yesus berkata, "Hancurkan Bait Allah ini dan dalam tiga hari Aku akan membangunnya kembali" (Yohanes 2:19, AYT). Yohanes menjelaskan bahwa "yang Yesus maksudkan Bait Allah adalah tubuh-Nya sendiri" (Yohanes 2:21, AYT). Tubuh yang bangkit adalah tubuh yang dihancurkan. Oleh karena itu, Hank Hanegraaff mengatakan, "Ada korespondensi satu-satu antara tubuh Kristus yang mati dan tubuh yang bangkit."[8]

Dalam kristalisasi historis doktrin ortodoksnya, Katekismus Besar Westminster (1647) menyatakan, "Tubuh yang sama dari orang-orang mati yang dibaringkan di kuburan, kemudian bersatu kembali dengan jiwa mereka selamanya, akan dibangkitkan oleh kuasa Kristus."[9] Pengakuan Iman Westminster, salah satu kredo besar iman Kristen, mengatakan, "Semua orang mati akan dibangkitkan, dengan tubuh yang sama, dan tidak ada yang lain."[10] "Tubuh yang sama" menegaskan doktrin kesinambungan melalui kebangkitan.

Maka, ini adalah kebenaran paling mendasar tentang tubuh kebangkitan kita: Mereka adalah tubuh yang sama yang Allah ciptakan untuk kita, tetapi mereka akan dibangkitkan untuk kesempurnaan yang lebih besar daripada yang pernah kita ketahui. Kita tidak tahu segalanya tentang mereka, tentu saja, tetapi kita tahu banyak sekali. Kitab Suci memberikan penjelasan kepada kita tentang tubuh kebangkitan. Karena kita masing-masing memiliki tubuh fisik, kita sudah memiliki satu titik acuan terbaik untuk membayangkan tubuh baru. Ini seperti peningkatan baru dari perangkat lunak pengolah kata milik saya. Ketika saya mendengar ada peningkatan yang tersedia, saya tidak mengatakan, "Saya tidak tahu seperti apa jadinya." Saya tahu bahwa sebagian besar akan seperti program lama, hanya lebih baik. Tentu, itu memiliki beberapa fitur baru yang tidak saya duga, dan saya senang untuk itu. Tapi saya pasti mengenalinya sebagai program yang sama yang saya gunakan selama satu dekade.

Demikian juga, ketika kita menerima tubuh kebangkitan kita, kita pasti akan mendapat kejutan -- bahkan mungkin beberapa fitur baru (meskipun tidak akan ada gangguan atau kesalahan pemrograman) -- tetapi kita pasti akan mengenali tubuh baru kita sebagai milik kita. Allah telah memberi kita model kerja untuk memandu imajinasi kita tentang seperti apa tubuh baru kita di Bumi Baru.

Kehidupan Kristus yang Bangkit adalah Model Bagi Kita

... tanpa kebangkitan Kristus dan makna yang dibawanya -- masa depan kekal bagi umat manusia yang dipulihkan sepenuhnya yang tinggal di Bumi yang dipulihkan sepenuhnya -- tidak ada Kekristenan.
  1. Facebook
  2. Twitter
  3. WhatsApp
  4. Telegram

Kita tidak hanya mengetahui seperti apa tubuh kita saat ini, kita juga memiliki contoh dalam Kitab Suci tentang seperti apa tubuh kebangkitan itu. Kita diberitahu banyak tentang tubuh kebangkitan Kristus, dan kita diberitahu bahwa tubuh kita akan menjadi seperti Dia.

Tuhan Yesus Kristus. . . akan mengubah tubuh kehinaan kita menjadi serupa dengan tubuh kemuliaan-Nya. (Filipi 3:20-21, AYT)

Saudara-saudara yang kukasihi, sekarang kita adalah anak-anak Allah, tetapi seperti apa keadaan kita nanti belumlah tampak. Namun, kita tahu bahwa ketika Dia datang, kita akan menjadi seperti Dia karena kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya. (1 Yohanes 3:2, AYT)

Sebagaimana kita diciptakan dalam rupa manusia berasal dari debu tanah, kita juga akan memakai rupa manusia yang surgawi. (1 Korintus 15:49, AYT)

Perbedaan antara Adam dan Kristus bukanlah bahwa yang satu adalah makhluk fisik dan yang lainnya bukan. Itu karena Adam berada di bawah dosa dan Kutukan, dan Kristus tidak tersentuh oleh dosa dan Kutukan. Yesus dahulu dan sekarang adalah manusia, "dalam segala hal seperti kita" (Ibrani 2:17), kecuali dalam hal dosa.

Meskipun Yesus dalam tubuh kebangkitan-Nya menyatakan, "Aku bukan hantu" (Lukas 24:39), banyak orang Kristen berpikir bahwa mereka akan menjadi hantu di Surga yang kekal. Saya tahu ini karena saya telah berbicara dengan banyak dari mereka. Mereka pikir mereka akan menjadi roh tanpa tubuh, atau hantu. Kemenangan kebangkitan Kristus yang luar biasa dan mengguncang alam semesta -- tentu saja kemenangan fisik atas kematian fisik di dunia fisik -- menyelamatkan mereka. Jika Yesus adalah hantu, jika kita menjadi hantu, maka penebusan tidak akan tercapai.

Yesus berjalan di bumi dalam tubuh kebangkitan-Nya selama empat puluh hari, menunjukkan kepada kita bagaimana kita akan hidup sebagai manusia yang dibangkitkan. Sebenarnya, Dia juga menunjukkan di mana kita akan hidup sebagai manusia yang dibangkitkan -- di Bumi. Tubuh kebangkitan Kristus cocok untuk kehidupan di Bumi, bukan pada kehidupan di Surga peralihan. Sebagaimana Yesus dibangkitkan untuk kembali hidup di Bumi, demikian pula kita akan dibangkitkan untuk hidup kembali di Bumi (1 Tesalonika 4:14; Wahyu 21:1-3).

Yesus yang bangkit berjalan dan berbicara dengan dua murid di jalan Emaus (Lukas 24:13-35). Mereka mengajukan pertanyaan kepada-Nya; Dia mengajar mereka dan membimbing mereka dalam pemahaman mereka tentang Kitab Suci. Mereka tidak melihat apa pun yang cukup berbeda tentang Dia untuk memberi tahu mereka tentang identitas-Nya sampai "mata mereka terbuka" (Lukas 24:31). Ini menunjukkan bahwa Allah telah mencegah mereka untuk mengenali Yesus lebih awal, yang seharusnya mereka ketahui. Intinya adalah mereka tidak melihat ada yang salah. Mereka melihat Yesus yang telah bangkit sebagai manusia biasa sehari-hari. Telapak kaki-Nya tidak melayang di atas jalan -- kaki-kaki-Nya berjalan menginjak jalanan. Tidak ada yang melihat roti turun ke kerongkongan yang transparan ketika Dia menelannya.

Kita tahu bahwa Kristus yang telah bangkit tampak seperti seorang pria karena Maria memanggil-Nya "Tuan" ketika mengira Dia adalah tukang kebun (Yohanes 20:15). Meskipun pada awalnya dia tidak mengenali suara-Nya, ketika Dia memanggilnya dengan namanya, dia mengenali-Nya (Yohanes 20:16). Saat itulah dia "berpaling ke arah-Nya." Karena wanita sederhana tidak menatap mata pria asing, frasa ini menunjukkan bahwa dia tidak pernah benar-benar menatap Dia sebelumnya.

Yesus menghabiskan waktu yang sangat biasa dengan murid-murid-Nya setelah kebangkitan-Nya. Pada suatu pagi, Dia "berdiri di pantai" dari kejauhan (Yohanes 21:4). Dia tidak terbang atau melayang -- atau bahkan berjalan di atas air, meskipun Dia bisa melakukannya. Dia berdiri, lalu memanggil para murid (Yohanes 21:5). Jelas suara-Nya terdengar seperti manusia, karena melintasi air dan para murid tidak curiga bahwa itu adalah manusia. Tampaknya tidak terdengar seperti suara dunia lain yang berat yang diberikan film-film untuk Allah atau malaikat.

Yesus telah menyalakan api, dan Dia sudah memasak ikan yang mungkin Dia tangkap sendiri. Dia memasaknya, yang berarti Dia tidak hanya menjentikkan jari-Nya dan memunculkan makanan yang sudah jadi. Dia mengundang mereka untuk menambahkan ikan mereka ke ikan-Nya dan berkata, "Mari dan makanlah" (Yohanes 21:12, AYT).

Dalam penampakan lain kepada para murid, tubuh kebangkitan Kristus secara mudah berinteraksi dengan tubuh fana para murid (Yohanes 20:19-23). Tidak ada yang menunjukkan bahwa pakaian-Nya aneh atau ada lingkaran cahaya di atas kepala-Nya. Dia mendekat untuk mengembusi mereka (Yohanes 20:22).

Di sisi lain, meskipun pintu-pintu terkunci, Kristus tiba-tiba muncul di ruangan tempat para murid berkumpul (Yohanes 20:19). Tubuh Kristus dapat disentuh dan dipeluk dan dapat memakan makanan, namun ternyata dapat juga "muncul". Bagaimana ini mungkin? Mungkinkah tubuh kebangkitan disusun sedemikian rupa sehingga memungkinkan molekulnya melewati bahan padat atau tiba-tiba menjadi terlihat atau tidak terlihat? Meskipun kita tahu bahwa Kristus dapat melakukan hal-hal ini, kita tidak secara eksplisit diberitahu bahwa kita akan dapat melakukannya. Mungkin beberapa aspek dari tubuh kebangkitan-Nya unik karena sifat ketuhanan-Nya.†††

Dengan mengamati Kristus yang telah bangkit, kita belajar bukan hanya tentang tubuh yang dibangkitkan, tetapi juga tentang hubungan yang dibangkitkan. Kristus berkomunikasi dengan murid-murid-Nya dan menunjukkan kasih-Nya kepada mereka sebagai kelompok dan secara individu. Dia mengajar mereka dan memercayakan tugas kepada mereka (Kisah Para Rasul 1:4-8). Jika Anda mempelajari interaksi-Nya dengan Maria Magdalena (Yohanes 20:10-18), Tomas (Yohanes 20:24-29), dan Petrus (Yohanes 21:15-22), Anda akan melihat betapa miripnya interaksi mereka dengan interaksi-Nya dengan orang-orang yang sama ini sebelum Dia mati. Fakta bahwa Yesus melanjutkan hubungan-hubungan-Nya di mana mereka ditinggalkan adalah suatu cicipan dari kehidupan kita sendiri setelah kita dibangkitkan. Kita akan mengalami kesinambungan antara kehidupan kita saat ini dan kehidupan kita yang telah dibangkitkan, dengan kenangan dan sejarah relasional yang sama.

Begitu kita memahami bahwa kebangkitan Kristus adalah prototipe kebangkitan umat manusia dan bumi, kita menyadari bahwa Kitab Suci telah memberi kita preseden interpretatif untuk mendekati perikop-perikop tentang kebangkitan dan kehidupan manusia di Bumi Baru. Bukankah seharusnya kita menafsirkan bagian-bagian yang menyinggung orang-orang yang telah dibangkitkan yang hidup di Bumi Baru secara harfiah seperti yang berkaitan dengan kehidupan kebangkitan Kristus selama empat puluh hari Dia berjalan di Bumi yang lama?

Janji tentang Tubuh yang Tidak Dapat Binasa

Ketika Paulus berbicara tentang tubuh kebangkitan kita, dia berkata, "Ditaburkan dalam kebinasaan, dibangkitkan dalam ketidakbinasaan. Ditaburkan dalam kehinaan, dibangkitkan dalam kemuliaan. Ditaburkan dalam kelemahan, dibangkitkan dalam kekuatan. Ditaburkan dalam tubuh jasmani, dibangkitkan sebagai tubuh rohani" (1 Korintus 15:42-44, AYT).

Berikut ini meringkas kontras dalam bagian ini:

TUBUH BUMI | TUBUH KEBANGKITAN

Ditaburkan dalam kebinasaan | Dibangkitkan dalam ketidakbinasaan

Ditaburkan dalam kehinaan | Dibangkitkan dalam kemuliaan

Ditaburkan dalam kelemahan | Dibangkitkan dalam kekuatan

Ditaburkan dalam tubuh jasmani | Dibangkitkan dalam tubuh rohani

Ketika Paulus menggunakan istilah "tubuh rohani" (1 Korintus 15:44), dia tidak berbicara tentang tubuh yang terbuat dari roh, atau tubuh yang tidak berwujud -- tidak ada hal seperti itu. Tubuh berarti jasmani: daging dan tulang. Kata rohani di sini adalah kata sifat yang menggambarkan tubuh, tidak meniadakan artinya. Tubuh rohani pertama-tama dan terutama adalah tubuh nyata atau tidak akan memenuhi syarat untuk disebut tubuh. Paulus bisa saja mengatakan, "Yang ditaburkan adalah tubuh jasmani, yang dibangkitkan adalah roh," jika itu faktanya. Dilihat dari tubuh kebangkitan Kristus, tubuh rohani muncul hampir sepanjang waktu untuk terlihat dan bertindak seperti tubuh fisik biasa, dengan pengecualian bahwa itu mungkin memiliki (dan dalam kasus Kristus memang memiliki) beberapa kekuatan yang bersifat metafisik; yaitu, melebihi kemampuan fisik normal.

Paulus melanjutkan dengan berkata, "Sebagaimana kita diciptakan dalam rupa manusia berasal dari debu tanah, kita juga akan memakai rupa manusia yang surgawi. Aku menyatakan ini kepadamu, Saudara-saudara, bahwa daging dan darah tidak dapat mewarisi Kerajaan Allah. Demikian juga yang dapat binasa, tidak dapat mewarisi yang tidak dapat binasa... Kita semua akan diubah. Sebab yang dapat binasa ini harus mengenakan yang tidak dapat binasa. Dan yang dapat mati ini, harus mengenakan yang tidak dapat mati. Ketika yang dapat binasa ini mengenakan yang tidak dapat binasa, dan yang dapat mati ini mengenakan yang tidak dapat mati, maka genaplah firman yang telah tertulis: 'Kematian sudah ditelan dalam kemenangan.' 'Hai kematian, di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?'" (1 Korintus 15:49-55, AYT).

Ketika Paulus mengatakan bahwa "daging dan darah tidak dapat mewarisi Kerajaan Allah," dia mengacu pada darah dan daging kita seperti sekarang: terkutuk dan berada di bawah dosa. Tubuh kita saat ini telah jatuh dan dapat rusak, tetapi tubuh masa depan kita -- meskipun masih tubuh dalam arti yang sepenuhnya -- tidak akan tersentuh oleh dosa dan tidak dapat rusak. Mereka akan menjadi seperti tubuh kebangkitan Kristus -- baik secara fisik maupun tidak dapat rusak.

Gambar: makna kebangkitan

Tubuh tidak perlu dirusak untuk menjadi nyata. Kerusakan kita adalah penyimpangan dari norma ciptaan Tuhan. Kematian, penyakit, dan kemunduran usia adalah produk dosa. Sebab, tidak ada kematian sebelum Kejatuhan, mungkin tubuh asli Adam dan Hawa tidak dapat rusak atau memperbaiki sendiri (mungkin disembuhkan oleh pohon kehidupan, seperti yang dinyatakan dalam Wahyu 22:2). Namun, mereka benar-benar daging dan darah.

Banyak dari kita yang lebih menantikan Surga sekarang daripada saat tubuh kita berfungsi dengan baik. Joni Eareckson Tada menyatakan hal ini dengan baik: "Di suatu tempat dalam tubuh saya yang rusak dan lumpuh adalah benih dari apa jadinya saya kelak. Kelumpuhan membuat saya menjadi lebih mulia ketika Anda membandingkan kaki yang lunglai dan tidak berguna dengan kaki yang dibangkitkan dengan indah. Saya yakin bahwa jika ada cermin di surga (dan mengapa tidak?), gambar yang akan saya lihat tidak salah lagi adalah 'Joni,' meskipun Joni yang jauh lebih baik dan lebih berseri."[11]

Di dalam tubuh Anda, bahkan jika itu telah mengalami kejatuhan, terdapat cetak biru untuk tubuh kebangkitan Anda. Anda mungkin tidak puas dengan tubuh atau pikiran Anda saat ini -- tetapi Anda akan senang dengan peningkatan kebangkitan Anda. Dengan tubuh kebangkitan itu Anda akan lebih mampu melayani dan memuliakan Allah dan menikmati kekekalan keajaiban yang telah Dia siapkan untuk Anda. (t/Jing-Jing)

-- -- -- -- -- -- -- -- -- -- -- -- -- -- -- -- -- -- -- -- -- -- -- -- --

† Untuk penjelasan Paulus tentang kebangkitan orang mati, lihat 1 Korintus 15:12-58.

†† Prinsip-prinsip dasar Kristoplatonisme dijelaskan dalam bab 6, dan penjelasan yang lebih kompleks tentang asumsi-asumsi palsu Kristoplatonisme dapat ditemukan dalam lampiran A.

††† Bahkan jika tubuh kebangkitan Kristus memiliki kemampuan yang tidak dimiliki tubuh kita, kita tahu bahwa kita masih dapat memperluas kapasitas tubuh manusia kita yang telah disempurnakan sepenuhnya, yang mungkin akan tampak supernatural bagi kita dibandingkan dengan apa yang telah kita ketahui.

[1] Marcus J. Borg and N. T. Wright, The Meaning of Jesus: Two Visions (San Francisco: HarperSanFrancisco, 1998), 129-31.

[2] Time (March 24, 1997): 75, quoted in Paul Marshall with Lela Gilbert, Heaven Is Not My Home: Learning to Live in God's Creation (Nashville: Word, 1998), 234.

[3] R. A. Torrey, Heaven or Hell (New Kensington, Pa.: Whitaker House, 1985), 68-69.

[4] Anthony A. Hoekema, "Heaven: Not Just an Eternal Day Off," Christianity Today (June 6, 2003), http://christianitytoday.com/ct/2003/122/54.0.html.

[5] Herman Bavinck, The Last Things: Hope for This World and the Next, ed. John Bolt, trans. John Vriend (Grand Rapids: Baker, 1996), 157.

[6] Ibid., 158.

[7] Anthony A. Hoekema, The Bible and the Future (Grand Rapids: Eerdmans, 1979), 251.

[8] Hank Hanegraaff, Resurrection (Nashville: Word, 2000), 68-69.

[9] Peter Toon, Longing for Heaven: A Devotional Look at the Life after Death (New York: Macmillan, 1986), 141.

[10] The Westminster Confession of Faith, Chap. XXXI, "Of Synods and Councils," Presbyterian Church in America, http://pcanet.org/general/cof_chapxxxi-xxxiii.htm.

[11] Joni Eareckson Tada, Heaven: Your Real Home (Grand Rapids: Zondervan, 1995), 39.

Download Audio

Diterjemahkan dari:
Nama situs : Christianity.com
Alamat situs : https://christianity.com/god/jesus-christ/why-is-the-resurrection-so-important.html
Judul asli artikel : Why is the Resurrection so Important?
Penulis artikel : Randy Alcorn