Apa yang Yesus Ajarkan tentang Kebangkitan?

Mengajarkan tentang Pengharapan dari Kebangkitan

Keempat Injil menyajikan kepada kita Pribadi peremuk ular dan penanggung kutukan.[1] Dia lahir di Betlehem, dibesarkan di Nazaret, dan dibaptis di Sungai Yordan. Dia mengajar dan melayani di seluruh tanah Israel, mati di kayu salib di luar Yerusalem, dan bangkit dari kematian pada hari ketiga sebagai buah sulung dari kemuliaan kebangkitan. "Kematian ini dan kemenangan kebangkitan yang mengikutinya bertindak sebagai gelombang kejut yang menyebar dari Yerusalem dan perlahan membangunkan dunia kepada awal yang baru."[2] Kita perlu melihat kebenaran yang Dia ajarkan, keajaiban yang Dia lakukan, dan kemenangan yang Dia capai.

Dia yang Memiliki Kehidupan

Inkarnasi adalah ketika Firman menjadi daging, dan dengan itu hikmat, kasih, kemurahan, dan kehidupan Allah menjadi daging juga. "Di dalam Dia ada hidup, dan hidup itu adalah Terang manusia" (Yoh. 1:4, AYT). Karena siapa diri-Nya, perkataan-Nya adalah perkataan kehidupan (Yoh. 6:68), dan jalan-Nya adalah jalan kehidupan (Mat. 7:14).

Pelayanan Yesus di dunia ini adalah seperti terang menembus kegelapan. Saat Dia melakukan perjalanan ke seluruh tanah perjanjian, terang-Nya menyinari orang yang membutuhkan dan terpinggirkan. Orang yang tidak berdaya dan melarat adalah penerima berkat-Nya. Dia menyatakan ucapan bahagia kepada yang lemah lembut, yang berdukacita, dan yang murah hatinya. Bagi orang-orang dengan mata yang sungguh dapat melihat, perbuatan-Nya menunjukkan siapa Dia dahulu dan siapa Dia sekarang.

Namun, pernyataan-Nya mengungkapkan identitas-Nya juga. "Akulah roti hidup; orang yang datang kepada-Ku tidak akan lapar lagi, dan orang yang percaya kepada-Ku tidak akan haus lagi" (Yoh. 6:35, AYT). Dia memberi hidup tanpa terkuras. "Akulah terang dunia. Setiap orang yang mengikut Aku tidak akan berjalan dalam kegelapan, tetapi ia akan mempunyai terang hidup" (8:12, AYT). Jalan-Nya adalah hidup dan terang karena Dia adalah hidup dan terang. "Akulah kebangkitan dan kehidupan; siapa pun yang percaya kepada-Ku, dia akan hidup walaupun dia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan percaya kepada-Ku tidak akan pernah mati. Apakah kamu percaya akan hal ini?" (11:25-26, AYT). Yesus datang untuk menjadi pemberi hidup. Hidup dari-Nya ini akan mengalahkan dosa dan maut.

Masa-masa kebangkitan telah dimulai melalui diri-Nya. Apakah Anda percaya ini?

Ketika Semua Orang di dalam Kubur akan Mendengar Dia

Kesatuan dengan Kristus berarti bahwa karena Dia hidup, kita akan hidup.
  1. Facebook
  2. Twitter
  3. WhatsApp
  4. Telegram

Kebangkitan orang-orang mati selama pelayanan Yesus merupakan bayangan dari hari terakhir ketika semua orang mati akan dibangkitkan. Sama seperti putra janda dan putri Yairus dan Lazarus menaati suara Yesus dan dihidupkan kembali, demikian juga kuburan akan terbuka karena suara Yesus. Penyakit dan setan harus tunduk pada-Nya, dan kekuasaan-Nya akan menaklukkan kematian juga. Yesus berkata,

Sesungguhnya, Aku berkata kepadamu, waktunya akan tiba dan telah tiba sekarang, ketika orang-orang mati akan mendengar suara Anak Allah dan mereka yang mendengar itu akan hidup. Karena sebagaimana Bapa memiliki hidup dalam diri-Nya sendiri, demikian juga Dia memberikan kepada Anak hidup dalam diri-Nya sendiri, dan Bapa memberi kuasa kepada Anak untuk menjalankan penghakiman karena Dia adalah Anak Manusia. Jangan heran akan hal ini karena saatnya akan tiba ketika semua orang yang ada di dalam kubur akan mendengar suara-Nya dan mereka akan keluar, yaitu mereka yang telah berbuat baik akan menuju kebangkitan hidup, sedangkan mereka yang berbuat jahat, menuju kebangkitan penghakiman. (Yoh. 5:25-29, AYT)

Kelima ayat ini mungkin merupakan pernyataan Yesus yang paling signifikan yang pernah dibuat tentang kebangkitan secara umum. Pada awal ayat-ayat ini, Yesus mengajarkan bahwa ada kehidupan sejati di sini dan saat ini bagi para pendosa -- kehidupan rohani yang hanya dapat diberikan oleh Dia.[3] Dia adalah roti dan terang, keselamatan dan kebangkitan. Dalam kesatuan dengan Dia, para pendosa hidup saat ini, meskipun secara lahiriah mereka masih merana.

Akhir dari ayat-ayat ini adalah tentang kebangkitan tubuh semua orang pada masa yang akan datang. Kata-katanya mencakup orang percaya dan tidak percaya karena dia berbicara tentang "mereka yang telah berbuat baik" dan "mereka yang telah berbuat jahat." Dualitas itu adalah pembagian umat manusia berdasarkan apa yang telah dilakukan manusia terhadap Yesus. Jika Yesus adalah Juru Selamat mereka, mereka akan dibangkitkan "menuju kebangkitan hidup." Jika Yesus bukan Juru Selamat mereka, maka Dia adalah Hakim mereka, dan mereka akan dibangkitkan "menuju kebangkitan penghakiman."

Kalimat dalam Yohanes 5:29 merujuk pada Daniel 12:2, karena ayat Perjanjian Lama itu adalah ungkapan yang paling jelas tentang kebangkitan pada masa depan -- baik bagi orang benar maupun orang jahat -- yang akan menegakkan keadaan kekal. Kuasa yang Anak Allah telah perlihatkan di tanah perjanjian memang mengesankan dan mencengangkan, tetapi itu semua akan terlampaui ketika Dia menghidupkan semua orang mati yang pernah hidup. Apakah Anda percaya ini?

Bangkit Pada Saat Penghakiman

Yesus mengajarkan bahwa penghakiman yang akan datang terjadi setelah kebangkitan orang mati. Orang mati akan dikumpulkan untuk dihakimi. Yesus menegur generasi sezaman-Nya karena penolakan dan skeptisisme yang begitu luas terhadap pelayanan dan identitas-Nya. Dan Dia memperingatkan mereka bahwa mereka akan menghadapi penghakiman:

Orang-orang Niniwe akan berdiri bersama-sama dengan generasi ini pada penghakiman dan akan menghukumnya sebab mereka bertobat setelah mendengar khotbah Yunus. Dan, lihat, yang lebih besar daripada Yunus ada di sini. Ratu dari selatan akan bangkit bersama-sama generasi ini pada hari penghakiman dan menghukumnya karena ia datang dari ujung bumi untuk mendengar hikmat Salomo. Dan, lihat, yang lebih besar daripada Salomo ada di sini. (Mat. 12:41-42, AYT)

Mencermati bahasanya, kita melihat bahwa "orang Niniwe" dan "ratu dari Selatan" mewakili mereka yang mengenal Tuhan, dan "generasi ini" mewakili mereka yang tidak mengenal Tuhan. Akan tetapi, kelompok-kelompok ini akan "bangkit" bersama pada saat penghakiman. Yesus, yang lebih besar daripada Yunus dan lebih besar daripada Salomo, akan meminta pertanggungjawaban bangsa-bangsa. Janji kebangkitan dan penghakiman ini memiliki arti yang paralel dengan Yohanes 5:28-29 dan mencerminkan pengaruh dari Daniel 12:2. Yesus memperingatkan bahwa orang jahat akan bangkit untuk dihakimi karena Dia percaya apa yang diajarkan Perjanjian Lama.

Mengumpulkan Semua Bangsa

Penghakiman dan kebangkitan yang akan datang berhubungan dengan kemuliaan dan otoritas:

Ketika Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya, dan para malaikat bersama-Nya, lalu Ia akan duduk di takhta kemuliaan-Nya. Semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya, dan Ia akan memisahkan mereka satu dari yang lain, seperti gembala yang memisahkan domba dari kambing-kambing. Dan, Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya, dan kambing-kambing di sebelah kiri. (Mat. 25:31-33, AYT)

Yesus akan mengumpulkan bangsa-bangsa melalui kebangkitan. Membangkitkan bangsa-bangsa akan mengarah pada menghakimi bangsa-bangsa. Penempatan orang-orang di "kanan" dan "kiri" menandakan keadaan kekal mereka akan berbeda. Orang benar akan dibangkitkan untuk hidup yang kekal, dan orang fasik akan dibangkitkan untuk hukuman yang kekal (25:46).[4] Orang jahat akan terpisah dari Tuhan ke dalam "api kekal yang disediakan bagi iblis dan malaikat-malaikatnya" (25:41). Orang-orang kudus akan "mewarisi kerajaan yang disediakan bagi [mereka] sejak dunia dijadikan" (25:34).

Oleh karena itu, salah satu tujuan kebangkitan bagi umat Allah adalah agar mereka, sebagai pembawa gambar Allah, dapat mewarisi semua yang telah Allah persiapkan bagi mereka. Anak-anak Allah tidak akan terus menjadi ahli waris yang terpisah dari-Nya. Kemuliaan di depan kita terlalu besar; kerajaan terlalu megah. Kemuliaan yang akan datang seperti itu hanya dapat diterima oleh orang-orang yang dimuliakan.

Bersinar seperti Matahari dalam Kerajaan

Keadaan umat Allah yang mulia pada masa mendatang digambarkan dalam sebuah perumpamaan. Dalam perumpamaan Yesus tentang lalang, Dia mengajarkan bahwa benih dan lalang tumbuh bersama di ladang dunia hingga waktu menuai, yang dikenal sebagai penuaian di akhir zaman. Pada hari itu, lalang akan dipisahkan dari tuaian dan dibuang ke dalam api (Mat. 13:40-42). Pembuangan ini melambangkan penghakiman kekal bagi orang fasik.

Yesus berkata, "Kemudian, orang-orang benar akan bersinar seperti matahari dalam Kerajaan Bapa mereka" (Mat. 13:43, AYT). Ia sedang merujuk pada penggambaran orang benar dalam Daniel 12:3 (AYT): "Orang-orang yang bijaksana akan bersinar seperti cahaya cakrawala. Merekalah yang menuntun banyak orang kepada kebenaran, seperti bintang-bintang untuk selama-lamanya."[5] Bagi orang benar, terbitnya matahari akan mengarah pada bersinar karena kuasa Allah menganugerahi pembawa gambar-Nya dengan kemuliaan dan kehormatan.

Allah Orang yang Hidup

Gambar:Tentang Kebangkitan

Orang Saduki seharusnya belajar dari Taurat bahwa Allah "bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah orang yang hidup" (Mat. 22:32, AYT). Para bapa leluhur -- Abraham, Ishak, dan Yakub -- telah dikumpulkan dengan bangsanya pada saat kematian, tetapi kematian bukanlah akhir dari kehidupan mereka. Allah perjanjian yang mereka layani akan membangkitkan mereka. Berkat-Nya akan mengatasi semua aspek kejatuhan dan kutuk -- termasuk kematian. Akankah Allah perjanjian membalikkan kerusakan dunia ini dan membiarkan kematian dibatalkan?

Yesus mengarahkan orang Saduki ke kitab Keluaran. "Namun, mengenai kebangkitan orang-orang mati, belumkah kamu membaca apa yang dikatakan kepadamu oleh Allah, 'Akulah Allah Abraham, Allah Ishak, dan Allah Yakub'?" (Mat. 22:31-32, mengutip Kel. 3:6). Pengharapan kebangkitan adalah masuk akal mengingat perjanjian Allah yang adalah kehidupan dan memberi hidup.[6] Lagi pula, Allah telah memampukan Abraham, Ishak, dan Yakub untuk memiliki keturunan melalui istri-istri yang mandul. Para bapa leluhur ini telah mengalami kuasa Allah dalam keluarga mereka sewaktu Dia membangkitkan garis keturunan keluarga mereka dan melanjutkan keturunan mereka.

Jika orang Saduki memiliki ketajaman rohani untuk membaca Taurat dengan pengertian, mereka akan melihat Allah orang yang hidup terus bekerja melawan kuasa maut.

Menubuatkan Kebangkitan Hari Ketiga

Pada beberapa kesempatan, murid-murid Yesus mendengar-Nya mengajar bahwa Dia akan ditolak, menderita di tangan orang lain, dibunuh, dan bangkit dari kematian. Dalam Matius 17, Dia mengatakannya seperti ini: "Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia, dan mereka akan membunuh-Nya, dan Dia akan dibangkitkan pada hari yang ketiga" (Mat. 17:22-23, AYT).

Dalam keempat Injil, Yesus tidak hanya mengajarkan kebangkitan semua orang mati pada masa mendatang saat Dia kembali, Dia juga mengajarkan bahwa Dia sendiri akan dibangkitkan dari kematian di tengah sejarah manusia. Dia akan menjadi pelopor kehidupan setelah kebangkitan dan kemuliaan. Dia akan menjadi orang pertama yang bersinar seperti yang digambarkan Daniel 12:2-3. Dia akan memulai karya penciptaan baru Allah dalam kemenangan-Nya atas maut.

Perhatikan bahwa Dia menentukan "hari ketiga". Mengingat banyak contoh pembebasan hari ketiga dalam Perjanjian Lama (seperti Ishak, Hizkia, Yunus, atau Ester), nubuatan Yesus berhubungan dengan pola itu dan Dia hendak menggenapinya. Meskipun murid-murid-Nya, seperti para pembaca setia Perjanjian Lama lainnya, yang menantikan kebangkitan orang mati pada waktu yang ditentukan, mereka tidak membayangkan satu orang akan memulai era kebangkitan dalam sejarah dengan pembuktian melalui diri-Nya sendiri.

Kesimpulan

Narasi dalam keempat Injil memperkenalkan kita kepada Dia yang akan menanggung dosa kita di kayu salib dan bangkit dari kematian pada hari ketiga. Ajaran-Nya menegaskan kebangkitan pada masa mendatang bagi orang benar dan jahat, tetapi Dia sendiri dibangkitkan di tengah sejarah sebagai buah sulung dari kehidupan yang akan menjadi milik kita. Saat Dia datang kembali, Dia akan memanggil orang mati dari kubur dan semua akan keluar. Orang fasik akan mengalami penghakiman tanpa akhir, tetapi kita, sebagai orang-orang kudus Allah, akan memasuki sukacita dan kemuliaan yang menjadi milik kita di dalam Kristus. Kesatuan dengan Kristus berarti bahwa karena Dia hidup, kita akan hidup. Kuasa Anak Allah yang memberi kehidupan akan mengubah keadaan kita yang mudah rusak dan rapuh. Kita akan bersinar seperti matahari -- dan seperti Sang Anak.

Catatan:

[1] Lihat Andrew David Naselli, The Serpent and the Serpent Slayer, Short Studies in Biblical Theology (Wheaton, IL: Crossway, 2020).

[2] Kelly M. Kapic, Embodied Hope: A Theological Meditation on Pain and Suffering (Downers Grove, IL: IVP Academic, 2017), 80.

[3] G.K. Beale menulis, "Yohanes 5:24-29 melihat kebangkitan orang-orang kudus yang diramalkan dalam Daniel 12:2 dimulai dalam pelayanan Yesus" (The Book of Revelation, New International Greek Testament Commentary [Grand Rapids, MI: Eerdmans, 1998], 434).

[4] Menurut Murray Harris, "Tentu saja detail gambarnya tidak bisa ditekan, tetapi frasanya ... lebih mudah menyesuaikan dengan gagasan penghakiman atas orang-orang yang dibangkitkan daripada penghakiman atas roh-roh tanpa tubuh" (Raised Immortal: Resurrection and Immortality in the New Testament [Grand Rapids, MI: Eerdmans, 1985], 174-175).

[5] Schreiner, The King in His Beauty, 444.

[6] Menurut Brandon Crowe, "Meskipun Keluaran 3 tidak memasukkan terminologi kebangkitan, argumen Yesus mengasumsikan bahwa perjanjian Allah kepada para bapa leluhur tetap berlaku, meskipun para bapa leluhur meninggal (lih. Luk. 20:28). Jika yang terakhir benar, maka itu pasti berarti bahwa Allah akan memenuhi janji-Nya kepada para bapa leluhur; waktu penggenapan ini tentunya mengacu pada era kebangkitan" The Hope of Israel: The Resurrection of Christ in the Acts of the Apostles [Grand Rapids, MI: Baker Academic, 2020], 155).

(t/Jing-Jing)

Diterjemahkan dari:
Nama situs : Crossway
Alamat situs : https://crossway.org/articles/what-did-jesus-teach-about-resurrection
Judul asli artikel : What Did Jesus Teach about Resurrection?
Penulis artikel : Mitchell L. Chase