Doa-Doa di atas Kayu Salib

Kedukaan salib Yesus sering begitu mendalam sehingga ketika kita merenungkannya, kita tidak bisa mengungkapkannya dengan kata-kata. Kita menemukan bahwa kita berada dalam dunia yang sunyi saat Allah mengajar pikiran dan roh kita tentang nilai dari perkataan Kristus yang sedang sekarat. Karena di atas kayu salib itulah, kata-kata terakhir dari kehidupan manusia Yesus diucapkan. Seperti di setiap kata yang diucapkan oleh Yesus, ada banyak hal yang bisa dipelajari di sini. Kata-kata terakhir ini berupa doa-doa. Dengan mempelajari doa-doa ini, kita bisa belajar mengenai nilai sebenarnya dari segala doa. Yesus adalah Anak Allah, tetapi Ia juga Manusia. Kenyataan bahwa kata-kata yang diucapkan-Nya saat sedang sekarat adalah doa, menunjukkan sebuah kehidupan yang berkomitmen pada doa. Ia tahu ini bukan komitmen yang mudah. Tidak ada yang bisa mengalami kehidupan doa sejati yang berarti, tanpa adanya komitmen yang mendalam. Hal ini terlihat jelas dalam doa Yesus "Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku" (Lukas 23:46). Yesus menyerahkan diri-Nya untuk sebuah kehidupan doa yang baru. Setiap hari dalam kehidupan kita, Yesus berdoa untuk Anda dan saya. Kita merasa tenang mengetahui bahwa kita berada dalam doa-Nya, dalam persiapan untuk kehidupan doa yang baru ini, yang kita baca dalam Alkitab tentang Yesus yang berdoa (Lukas 11:1; Yohanes 17). Dalam Yohanes 17:20-24, Yesus berdoa untuk kita, bahkan sebelum disalib ketika Ia berdoa "... juga bagi mereka yang akan percaya kepada-Ku (Yesus), melalui pemberitaan mereka." (Yohanes 17:20)

Yesus juga mendorong kita untuk berdoa melalui perumpamaan tentang janda yang gigih (Lukas 18:1-8). Dia tidak hanya mempersiapkan diri-Nya sendiri untuk kehidupan doa, tetapi mendorong kita untuk melakukan hal yang sama. Jika kita ingin menjadi seperti Yesus, kita harus membuat doa menjadi fokus hidup kita.

Sebuah kehidupan doa menjadi sulit ketika teman-teman mengkhianati Anda, atau menyebabkan tubuh Anda sakit. Yesus berdoa tentang hal-hal seperti itu. Sebagaimana saat Dia sedang sekarat, Ia berdoa, "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat" (Lukas 23:34). Kurangnya pengampunan membuat kita tidak peka terhadap hal-hal rohani. Hal ini menghambat doa-doa kita karena kita berfokus pada kesalahan yang telah dilakukan. Sebaliknya, kita harus melupakannya dan berfokus pada Tuhan. Yesus tidak mau keinginan-Nya menjadi sesuatu yang kurang sempurna di dalam kasih. Yesus berdoa memohon pengampunan sehingga orang-orang akan dihukum dan kebenaran akan dipulihkan. Jika Anda mengalami kesulitan mengikuti teladan Kristus, serahkanlah rasa benci itu kepada Allah, ampunilah orang yang telah bersalah kepada Anda, tidak peduli seberapa pun tidak adilnya kesalahannya. Setelah mengikuti teladan Kristus, Anda akan merasakan kelegaan dalam roh Anda, sebagaimana Kristus menginginkan hubungan Anda dengan Allah dipulihkan. Inilah juga yang Dia inginkan bagi orang-orang yang telah menyakiti-Nya. Tidak peduli siapa Anda atau apa yang Anda lakukan, Yesus berdoa memohon pengampunan sehingga hubungan dengan Allah diperbarui.

Doa lain yang diucapkan oleh Yesus adalah "... 'Aku haus.'" (Yohanes 19:28) Ia berdoa demikian bukan karena Ia membutuhkan minuman duniawi. Namun, karena Yesus merindukan tangan Allah yang menenteramkan atas diri-Nya. Ketika hidup ini mengecilkan hati, doa adalah seperti air dari Allah untuk roh kita. Pada saat putus asa, kita memiliki dua pilihan: menyerah atau melipat tangan dalam doa. Jika kita memilih seperti yang Kristus lakukan, yaitu berdoa, kita akan mengalami hujan penyembuhan Roh Allah yang menjamin atas diri kita.

Di atas kayu salib, Yesus berdoa dengan suara keras "Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?" (Matius 27:45; Mazmur 22:1) Dalam bahasa Yunani, ini menghasilkan makna, "Mengapa Engkau meninggalkan Aku." Karena ini dikombinasikan dengan suara nyaring, ada pendapat bahwa perbuatan meninggalkan itu telah berakhir. Teriakan mengacu pada kemenangan dan menunjukkan bahwa Yesus tahu kemenangan itu, sebelum Ia menyerahkan nyawa-Nya. Dalam Mazmur, ada harapan akan pembebasan. Ketika kita dikalahkan, kita mungkin merasa Tuhan telah meninggalkan kita. Dengan menaikkan doa seperti ini, Yesus mengingatkan kita bahwa Tuhan akan memberi pembebasan dan kemenangan.

Bahkan, dalam percakapan Yesus dengan pencuri (Lukas 23:32-43), Ia menetapkan sebuah pola doa. Ketika berbicara kepada pencuri di kayu salib bahwa ia akan berada di surga, Yesus berbicara tentang firdaus surgawi yang dapat kita miliki di bumi dan di surga. Setiap kali berdoa, kita masuk ke dalam surga dari kehadiran Allah.

Kata-kata Yesus yang lain di kayu salib menyatakan doa dalam tindakan. Sementara sedang sekarat, Yesus merasa prihatin atas ibu-Nya. Ibu-Nya berdiri di bawah salib dan di sampingnya berdiri seorang murid yang dikasihi (Yohanes 19:25-27). Kepada ibu-Nya Yesus berkata, "Ibu, inilah anakmu," dan kepada murid itu Ia berkata, "Inilah ibumu." Kalimat setelah pernyataan itu mengatakan bahwa murid itu menerima dia di dalam rumahnya. Yesus tahu ibu-Nya akan dirawat oleh murid-Nya. Saudara-saudara-Nya ternyata tidak bisa merawatnya. Setiap kali kita melayani orang lain, kita menempatkan doa ke dalam tindakan. Dengan menjawab Yesus, murid itu sedang melayani Yesus dan ibu-Nya. Kemudian, dalam Kisah Para Rasul 1:14, Maria ada bersama dengan saudara-saudara-Nya. Kedua bagian ini menunjukkan bahwa hubungan dengan Kristus adalah di dalam doa. Semua doa diperkuat dengan pelayanan kepada orang lain.

Pada saat mengembuskan napas terakhir-Nya, Yesus mengatakan bahwa itu sudah genap (Yohanes 19:30). Waktu-Nya di bumi sudah selesai. Ia menyerahkan diri-Nya kepada Allah tanpa cela. Karya-Nya di bumi telah selesai. Pekerjaan doa di surga terjadi. Mulailah berdoa hari ini. Berikanlah diri Anda kepada Yesus dalam doa setiap hari. Mintalah Tuhan untuk membantu Anda berdoa dan terus berdoa. Dia akan membangun perbuatan baik di dalam Anda (Filipi 1:3-6). (t/Jing Jing)

Download Audio

Diterjemahkan dari:

Nama situs : On Earth As In Heaven
Alamat URL : http://www.onearthasinheaven.com/prayer3.html
Judul asli artikel : Prayers From The Cross
Penulis artikel : Sharon Paskewitz
Tanggal akses : 8 Oktober 2013