Senantiasa Mengasihi

/>
 
Kita sudah sering melihat lukisan Leonardo da Vinci berjudul “Perjamuan Terakhir”. Dalam lukisan itu, Yesus dan 12 murid-Nya duduk dalam satu meja panjang. Namun William Barclay punya pendapat lain. Dalam tradisi Yahudi, perjamuan makan dilakukan sambil rebahan. Satu meja hanya ditempati maksimal 3 orang saja. Dengan teori ini, setidaknya ada lima meja dalam ruang atas itu.
 Tuan rumah biasanya semeja dengan orang terhormat atau sahabat dekatnya. Pertanyaannya, siapa yang duduk semeja dengan Yesus? Barclay lalu membuat rekonstruksi imajinatif berdasarkan Alkitab. Menurut Alkitab, yang duduk di sebelah kanan Yesus adalah “murid yang dikasihi-Nya”(Yoh.13:23). Lalu siapa yang di sebelah kirinya? Yudas! Lho kok bisa?!! Penjelasannya ada di ayat 27. Dalam ayat ini, Yesus bisa berbicara langsung kepada Yudas saja, sedangkan murid-murid yang lain tidak mendengarnya. 
Ini luarbiasa. Yesus saat itu sudah tahu bahwa “waktunya” untuk menderita sudah datang. Ia juga sudah tahu siapa yang akan menjadi pengkhianat-Nya.   Meski begitu, “Ia senantiasa mengasihi murid-murid-Nya.” Senantiasa berarti “terus-menerus, tidak ada henti-hentinya.”
Inilah kasih tanpa syarat. Kasih seperti ini patut dikembangkan dalam keluarga Kristen. Kita tak henti-hentinya mengasihi di antara anggota keluarga.
Kita harus senantiasa mengasihi, karena dunia ini digerakkan oleh cinta

Perikop: Yohanes 1:1-20

Nats:
“Sama seperti Ia senantiasa mengasihi murid-murid-Nya demikianlah sekarang Ia mengasihi mereka sampai kepada kesudahannya.” (Yohanes 13:1b)

Purnawan adalah penulis buku:"Tuhan Yesus tidak Tidur"