Salib Setiap Hari

Diringkas oleh: Sri Setyawati

Gambar: salib setiaphari

Fakta pengalaman hidup kekristenan menunjukkan bahwa kebanyakan orang percaya menjelajahi padang gurun, (seperti dalam) Roma 7, selama beberapa waktu. Mereka berada dalam perasaan yang campur aduk sebelum mereka masuk ke dalam hidup berkemenangan di dalam Kristus. Seorang rasul besar, Paulus, mengungkapkan kejatuhan rohaninya yang menyedihkan yang berlanjut pada pertobatannya. Hal ini terjadi ketika dia berseru dalam keputusasaannya yang mendalam (Roma 7:24). Kemudian dia belajar sesuatu yang selanjutnya dia tulis di Roma 6:11. Dia benar-benar mengerti bahwa Allah membebaskannya dari kehidupan yang dikuasai hawa nafsu yang menjijikkan bukan dengan resolusi, tetapi mengandalkan penyaliban yang diwakilkan oleh Yesus Kristus.

Cepat atau lambat, sebagian besar dari kita (orang percaya) disadarkan akan keadaan diri kita yang berdosa. Kita juga ingin hidup bagi Kristus. Kita haus dan lapar akan kebenaran. Celakanya, keinginan pribadi justru menghalangi aliran air hidup. Sungai kehidupan kita tercampur dengan hal-hal lain dan berlumpur. Kita bergumul, berdoa, dan berjuang keras. Kita juga membuat resolusi-resolusi baru. Kita tahu bahwa kita harus mengalami penyaliban batiniah agar Salib itu berada di dalam inti kehidupan kekristenan kita. Kita berusaha menyalibkan diri sendiri, tetapi semuanya tidak ada gunanya. Kita tidak akan mampu menyalibkan diri sendiri. Di dalam keputusasaan yang dalam, kita menandatangani hukuman kematian kita sendiri, masuk ke dalam satu kematian dengan yang disalib. Kita membiarkan dan mengizinkan Allah untuk menundukkan diri kita dalam penyerahan diri total. Sekali dan untuk selamanya, kita dengan iman menerima posisi dalam kematian dan kebangkitan bersama Kristus yang diberikan Allah kepada kita.

Hidup kita harus dituang secara terus-menerus ke dalam cetakan salib agar serupa dalam kematian-Nya.

FacebookTwitterWhatsAppTelegram

Peristiwa ini adalah awal kehidupan kemenangan kekristenan, tetapi ini hanyalah permulaan. Posisi kematian yang telah kita terima selanjutnya harus dipelajari. Kehidupan Yang Tersalib harus dialami setiap saat, dari waktu ke waktu. Ada Salib yang berlaku sekali dan untuk selamanya, dan ada salib yang harus dipikul "setiap hari." Ini adalah proses seumur hidup (Lukas 9:23). Para murid mula-mula pasti sering melihat arak-arakan panjang para pembunuh dan penjahat yang berjalan ke tempat penyaliban sambil memanggul salib mereka.

Pendeta Moule menyebut Salib yang berlaku sekali untuk selamanya dan "salib sehari-hari" sebagai "paradoks tidak berujung; di satu sisi merupakan penyangkalan diri yang total dan sejati, di sisi lain merupakan kebutuhan penyaliban diri setiap hari". Kita adalah pengikut Kristus yang disalib. Kita harus berserah kepada-Nya sekali untuk selamanya. Ada juga yang disebut "penyerahan diri meluas", penyerahan diri yang meliputi keseluruhan tindakan dan berlangsung di sepanjang hidup kita." Penyaliban bukanlah suatu pencapaian, melainkan suatu sikap seumur hidup. Itu bukanlah suatu tujuan, tetapi suatu jalan. Tidak ada kekudusan yang langsung jadi, yang dapat kita kenakan seperti pakaian. Allah tidak seketika menunjukkan segala sesuatu kepada kita. Mereka yang telah memasuki hidup kekristenan yang berkemenangan akan makin mengenal dirinya secara lebih mendalam. Sikap alkitabiah yang ditunjukkan seharusnya "bukan seolah-olah saya sudah berhasil".

Berbicara tentang "salib sehari-hari", Pendeta Moule menegaskan bahwa "tidak ada istirahat, tidak ada hari libur; sekarang, hari ini, jam ini; dan besok! "Salib sehari-hari" adalah suatu cela dan hukuman. Untuk apa semua ini? Untuk menguji kedalaman penyerahan diri kita, membuka aib, dan kematian tujuan, sasaran, dan rencana masa lalu; semangat dan kehidupan manusia lama."

Peristiwa baru, ujian baru, keadaan sulit -- semuanya membuat kita mempertanyakan akan kehendak Allah atau keinginan diri. Apabila kita rindu berjalan bersama Allah; apabila kita makin tergugah akan kenyataan berapa pun harganya, kita akan mengarahkan wajah kita seperti batu penjuru. Masing-masing kita bisa menemukan "salibnya sendiri" dalam jalan hidupnya setiap hari -- menanti di bawah kakinya. Keadaan yang menguntungkan membuat kita menentang pilihan untuk penyaliban diri. Ini bisa menjadi sarana untuk mematikan keinginan kita.

Pendeta dari Durham itu menyimpulkan salib sehari-hari sebagai: "rutinitas sehari-hari yang sepele, penyaliban kesenangan pribadi dalam hal-hal kecil, tugas-tugas yang menumpuk, gangguan yang tidak terduga, dan pengalih perhatian yang tidak diinginkan." Kemarin, hal-hal itu menjengkelkan Anda dan setidaknya membuat Anda marah. Hari ini, sebaliknya, Anda bisa menghadapi dan menerimanya sebagai kejadian yang memalukan dan kematian yang lebih dalam atas manusia lama. Anda menerimanya dengan penerimaan yang baik dan dengan sikap hati yang menyembah. Bawalah semuanya itu dengan penundukan diri yang penuh syukur ke Kalvari. Besoknya, Anda akan melakukan hal yang sama."

Mungkin Anda sering berteriak, "Apa saja boleh, Tuhan, kecuali yang satu itu." Anda takut jikalau salib itu akan datang menghampiri Anda. Begitulah, salib itu menatap Anda. Untuk menaati kehendak Allah, alami rasa sakit, dipermalukan, dan dihina. Dengan hikmat ilahi, semua itu akan membuat penderitaan Kalvari semakin dalam bagi diri Anda. Oleh karena itu, pikullah, dan rentangkan tangan Anda. Dengan begitu Anda telah menyalibkan diri. Ketika Kristus memanggul salib-Nya, Dia melangkah maju untuk menyerahkan nyawa-Nya. Itulah yang harus Anda lakukan sebagai pengikut-Nya. Dia menghendaki Anda untuk menanggung ujian baru ini sebagai alat-Nya agar Anda melakukan apa yang tidak ingin Anda lakukan. Dengan begitu, Anda melepaskan pemahaman diri sendiri dan mulai belajar tentang Kristus. Ketika Anda menanggungnya, itulah yang menjadi "salib" Anda. Kita tidak perlu menganggap salib kita sebagai suatu kewajiban atau sesuatu yang tidak bisa dihindari seperti kemalangan, kecelakaan, atau musibah. Salib kita adalah kerelaan untuk menjalani babak kehidupan yang membawa diri kita ke dalam penyangkalan diri, rasa malu, dan kematian yang mungkin harus kita bayar. Saat kita memikul salib, tujuan kita adalah Golgota.

Sudahkah beberapa peristiwa yang Anda alami membuat Anda terjerat dalam kecurigaan, pergunjingan, dan penghinaan? Jangan ciut hati. "Biarkan diri Anda berada di dalam keadaan yang ditentukan Allah." Segala sesuatu harus ditundukkan kepada Kristus, dan segala sesuatu bekerja dalam segala hal untuk kebaikan bagi mereka yang mengasihi Allah. Dengan demikian, hadapilah keadaan ini sebagai salib Anda; panggullah dan pergilah untuk menyerahkan nyawa Anda. "Dunia" hanya tahu bagaimana menanggung penderitaan (idiom). Namun kita mengangkatnya, memikulnya sebagai salib kita, merentangkan tangan kita di atasnya, dan menyerahkan hidup kita. Dengan demikian, kita "mengenakan kehidupan hina yang dikenakan oleh Kristus."

Anda mungkin mengalami cacat tubuh yang menjadi satu hal yang tidak bisa Anda atasi. Terimalah kelemahan Anda, dan anggaplah sebagai alat untuk mematikan ambisi dan kesombongan masa lalu Anda. Paulus memikul "duri" meskipun itu merupakan "utusan setan" untuk menyerangnya. Dia belajar: "Ketika aku lemah, maka aku kuat."

Apakah Anda pernah sangat disalahpahami dan kebaikan Anda dikatakan buruk? Sang Penebus berkata: "Bersukacitalah hari ini, dan melompatlah karena sukacitamu." Akan tetapi, sebelum Anda bersukacita, Anda harus merentangkan tangan Anda terlebih dahulu dan dipaku, seolah-olah demikian, terhadap pernyataan yang salah itu. Paulus telah menanggung cercaan demi Kristus, meninggalkan gereja modern, dan pergi "tanpa tenda, menanggung celanya". Dia difitnah dan dituduh karena menjadi orang Kristen yang "lebih kudus daripada Anda". Ketika dia menyingkir, tanpa menjawab sepatah kata pun kepada mereka, Roh yang Mulia menjelaskan kebenaran ini: "Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat." Sukacitanya tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

Demikianlah kita belajar mati setiap hari, "Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami" (2 Korintus 4:10). Hidup kita harus dituang secara terus-menerus ke dalam cetakan salib agar serupa dalam kematian-Nya.

Untuk menghindari rasa sakit, penghinaan, dipermalukan, dan kematian, kita dapat menginjak-injak salib kita dan melangkah menuju kemerdekaan yang palsu. Atau, kita memilih untuk berlutut "menerima dengan penuh penyembahan" dan membawanya ke Kalvari "dalam penundukan diri serta ucapan syukur". Di sana kita menemukan kemerdekaan yang melaluinya Kristus membebaskan kita. Kehidupan yang tersembunyi dengan Kristus di dalam Allah, memberikan sukacita yang tidak terkatakan dan penuh kemuliaan. (t/Setya)

Diterjemahkan dan diringkas dari:
Judul buku : Born Crucified
Judul asli artikel : The Cross Day by Day
Penulis : L. E. Maxwell
Penerbit : The Moody Bible Institute, Chicago 1945
Halaman : 141 -- 146