Perayaan Paskah di Gerejaku

Ditulis oleh: Dita

Menurut KBBI Online, Paskah berarti hari raya peringatan wafat dan kebangkitan Isa Almasih. Menurutku, Paskah merupakan sebuah peringatan untuk mengingat, bukan hanya kematian Yesus di kayu salib, tetapi juga tentang kebangkitan Yesus ke surga. Dari pengalaman yang aku ketahui, setiap gereja memiliki kebiasaan yang berbeda-beda dalam mengadakan perayaan Paskah itu sendiri. Tiap-tiap gereja juga memaknai Paskah secara berbeda-beda. Termasuk pada gereja tempatku beribadah. Aku akan menjelaskan tentang apa yang aku tahu tentang perayaan yang dilakukan oleh gereja tempatku beribadah.

Aku beribadah di salah satu Gereja Kristen Jawa di Kota Solo. Gerejaku memaknai Paskah bukan hanya sebagai perayaan tentang kematian dan kebangkitan Yesus, tetapi juga sebagai introspeksi diri untuk memaknai kedatangan Yesus ke dunia ini dan kemudian mengorbankan diri-Nya di kayu salib untuk menebus dosa umat manusia. Kami saling belajar tentang makna dari Paskah itu sendiri. Paling tidak dua bulan sebelum Paskah, gerejaku sudah mulai mengingatkan dan kemudian membagi-bagikan tema pada setiap blok tentang apa yang akan disampaikan dalam bulan Paskah nanti. Gerejaku memang membagi jemaatnya berdasarkan wilayah mereka tinggal menjadi blok-blok yang ruang lingkupnya kecil, yang hanya terdiri dari 35-45 orang. Dalam setiap blok, akan dibahas tentang tema Paskah yang sudah ditentukan melalui Pendalaman Alkitab yang sudah rutin dilakukan oleh ibu-ibu dalam gerejaku. Sedangkan bagi anak sekolah minggu, remaja dan pemuda, mereka juga mendapatkan tentang tema Paskah dalam setiap persekutuan yang dilakukan.

Saat bulan Paskah sudah tiba, rutinitas tentang inti dari perayaan Paskah di dalam gerejaku pun juga mulai dilakukan. Gerejaku selalu memperingati Paskah dengan diawali ibadah Rabu Abu, lalu Kamis Putih, Jumat Agung dan diakhiri pada hari minggu Paskah sebagai akhir dari ibadah Paskah. Rabu Abu dimaknai sebagai hari pertama masa Pra-Paskah. Pada hari itu, jemaat yang datang ke gereja dahinya akan diberi tanda salib dari abu. Sedangkan Kamis Putih adalah hari Kamis sebelum Paskah, yang diadakan untuk memperingati perjamuan malam terakhir sebelum Yesus ditangkap. Lalu, Jumat Agung adalah hari Jumat sebelum minggu Paskah, hari peringatan akan penyaliban Yesus dan wafat-Nya di Golgota. Terakhir, adalah hari minggu Paskah untuk memperingati kebangkitan Yesus.

Setelah pulang ibadah di hari minggu, gerejaku selalu mengadakan perjamuan kasih dengan makan bersama-sama. Melalui perjamuan ini, aku dapat bertegur sapa dengan jemaat yang lain. Bahkan, sering kali aku bertemu dengan teman sekolah mingguku dulu. Banyak anak muda yang merantau akan pulang saat peringatan Paskah ini. Teman lama bertemu kembali, bertemu dengan keluarga jauh, atau bahkan mendapatkan kenalan baru sesudah diawali sebuah obrolan. Seperti tak ada batasan di antara kami. Kami saling berbaur satu sama lain tanpa memandang hal-hal lain, karena kami sama-sama anak Allah yang tidak memiliki perbedaan di mata-Nya. Rasa kebersamaan dan saling mengasihi sangat kental terasa dalam suasana ini. Aku merasakan suasana yang sekarang sudah jarang aku temui ketika berada di tempat itu. Perkembangan zaman boleh saja terjadi, tetapi tradisi yang seperti ini patut untuk kita jaga dan lestarikan.

Paskah memang identik dengan pengorbanan, tetapi Paskah di gerejaku mengajariku pula tentang kasih. Kasihi sesamamu seperti kasih Yesus kepada kita yang rela disalibkan untuk menebus dosa manusia.