Apakah Saya Berada di Luar Pengampunan Allah?

Pernahkah Anda berpikir bahwa Anda berada di luar pengampunan Allah? Russell Ford telah berteman dengan ratusan orang yang percaya dengan kebohongan itu. Namun, kasih karunia Allah menunjukkan kepada mereka yang sebaliknya. Ketika saya membaca ceritanya musim panas ini, saya terpana dengan keindahan pengampunan Kristus dan keajaiban kasih karunia Allah yang mengagumkan.

Russell Ford telah menyaksikan banyak teman-temannya mati. Itu merupakan bagian integral dari pelayanannya yang paling tidak biasa. Ford adalah pendeta untuk narapidana Death Row (para narapidana yang sedang menunggu hukuman mati - Red.) di Boydton, Virginia. Dia tahu bahwa dia tidak dapat menyelamatkan nyawa manusia. Namun, dia dapat menuntun mereka kepada Dia yang menyelamatkan jiwa. Ford bekerja bersama orang-orang yang telah melakukan pembunuhan mengerikan. Beberapa dari mereka menolak untuk menerima pengampunan Kristus. Namun untungnya, beberapa mau menerimanya. Dia telah membantu beberapa pembunuh brutal menjadi peziarah yang bertobat. Orang seperti Alton Waye. Dia dihukum karena membunuh seorang wanita berusia enam puluh satu tahun. Bahkan, para terpidana mati lainnya juga berpendapat bahwa Waye adalah orang yang sangat kejam. Seperti kepada orang-orang yang lainnya, Russell Ford mengajarkan Injil kepada orang ini. Bulan demi bulan berlalu, tetapi Waye tidak tampak berubah. Kemudian beberapa hari sebelum eksekusinya pada tahun 1989, sikap dari pembunuh ini tiba-tiba terbalik. Ford berjalan menuju sel Waye dan mendapati dia sedang menyanyikan lagu rohani. Dia telah memutuskan untuk menerima pengampunan dari Yesus. Malam sebelum Alton Waye, si pembunuh, dieksekusi, dia mengakui imannya kepada Yesus dan dibaptis. Dua belas anggota pasukan kematian menyaksikan keajaiban penebusan Allah. Setelah pembaptisan, mereka semua bergandengan tangan, menyanyikan lagu "Amazing Grace" dan membacakan Doa Bapa Kami.

Tidak ada seorang pun yang berada di luar pengampunan Kristus. Anda mungkin berpikir, "Tapi saya merasa begitu tidak layak. Saya telah mengecewakan Tuhan dengan begitu dalam." Dengar, kita semua pernah gagal. Kita semua orang berdosa. Rasul besar Paulus menyebut dirinya sebagai yang terburuk dari orang-orang berdosa. Namun, Kristus menunjukkan rahmat kepadanya "sebagai contoh bagi mereka yang akan percaya kepada-Nya untuk memperoleh hidup yang kekal." (1 Timotius 1:16, AYT)

Bila Anda telah benar-benar mengacaukan hidup Anda. Bila Anda tidak dapat menyingkirkan perasaan bahwa Allah tidak akan mengampuni Anda, tempat yang tepat untuk Anda tuju adalah Yesus. Saat saya berpikir tentang cerita Yesus yang berinteraksi dengan "orang-orang berdosa" dan para pemimpin agama, saya diingatkan pada kontras yang sangat berbeda antara interaksi-Nya dengan masing-masing kelompok. Terlalu sering orang-orang yang menyadari bahwa mereka bersalah di hadapan Allah adalah yang paling menarik perhatian Tuhan. Sementara mereka yang percaya bahwa diri mereka melakukan hal-hal keagamaan malah bersitegang dengan Pribadi yang mengaku sebagai Mesias ini.

Yesus memperpanjang ranah kemurahan Tuhan.

Saya baru saja menyelesaikan sebuah buku yang luar biasa mengenai Yesus yang ditulis oleh penulis favorit saya, Philip Yancey. Buku tersebut berjudul "The Jesus I Never Knew" (Yesus yang Tidak Pernah Saya Kenal - Red.). Bab tentang revolusi rahmat menggali bagi saya kilasan baru yang segar terhadap pendekatan alami Yesus. Saat ia membaca dengan teliti mengenai berbagai pertemuan Yesus dengan orang-orang yang buruk pada zamannya, Yancey membuat pengamatan ini:

"Dalam kata dan perbuatan, Yesus memberitakan kasih karunia Injil yang baru secara radikal ... Singkatnya, Yesus memindahkan penekanan dari kekudusan Allah (eksklusif) kepada rahmat Allah (inklusif). Bukannya mengumandangkan pesan "Yang Tidak Diinginkan Dilarang Masuk", Ia menyatakan, "Dalam Kerajaan Allah tidak ada yang tidak diinginkan." Dengan keluar dari jalan-Nya untuk bertemu dengan bangsa-bangsa non-Yahudi, makan dengan orang-orang berdosa, dan menyentuh orang sakit, Ia memperpanjang ranah kemurahan Allah.

"Ketika saya membaca tentang kejahatan mengerikan dari para terpidana mati ini, saya mendapati diri saya memikirkan kata-kata dari orang Farisi yang saleh dalam Lukas 18. Lalu, saya membaca pengingat dari Chaplain Ford: "Kristus telah mati untuk seluruh dosa kita. Orang-orang ini telah melakukan dosa yang mengerikan, tetapi mereka tidak berada di luar kasih Allah." Bukankah kita semua bersalah? Paulus menyatakan dengan jelas bahwa derajat kita sama di kaki salib. "karena tidak ada perbedaan; sebab semua orang telah berdosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah." (Roma 3:23) Dalam arti, setiap orang dari kita terpidana mati. Sampai Yesus membuka pintu yang dikunci oleh dosa kita dan menyelamatkan kita dari kejahatan kita terhadap Yang Kudus. Kita semua dapat diampuni karena Yesus telah "pergi menjalani hukuman" bagi kita. Setiap orang dari kita. "dan dibenarkan oleh kasih karunia-Nya secara cuma-cuma melalui penebusan di dalam Yesus Kristus." (Roma 3:24, AYT)

Kita dapat belajar banyak dari Alton Waye, sang narapidana terhukum mati. Ia menemukan bahwa kasih karunia Allah tidak berada di luar jangkauannya, tidak peduli seberapa buruk ia telah berdosa. Dan kasih karunia Allah itu juga tidak berada di luar jangkauan bagi kita semua. Lihatlah kembali kepada Yesus. Lihatlah kembali kepada Yesus. Hidup-Nya dan pengorbanan-Nya bagi kita meneriakkan berita baik yang abadi -- suatu pengampunan kekal sedang menunggu setiap orang yang datang kepada Bapa melalui iman di dalam Anak-Nya. Dialah penulis dari anugerah yang radikal, kasih karunia yang benar-benar dapat membebaskan jiwa kita.

Ketika Anda merasa Anda berada di luar kasih karunia Allah, ingatlah ini: pengampunan Anda tidak tergantung pada kelayakan Anda, tetapi pada apa yang telah dilakukan Kristus bagi Anda di kayu salib. Ia mengasihi Anda. Terimalah kasih itu dan awal yang baru itu hari ini juga. (t/ N. Risanti)

Diterjemahkan dari:

Nama situs : Heart Light
Alamat URL : http://www.heartlight.org/articles/200007/20000711_forgiveness.html
Judul artikel : Am I Beyond God’s Forgiveness?
Penulis artikel : Jim Clark
Tanggal akses : 14 Januari 2016